Meski Tak Ada Mall, Daerah di Priangan Timur Ini Tetap Terindah, Punya Wisata Alam Super Keren!

Meski Tak Ada Mall, Daerah di Priangan Timur Ini Tetap Terindah, Punya Wisata Alam Super Keren!

Nelayan Kabupaten Pangandaran usai mengikuti kegiatan hajat laut belum lama ini.-Foto:tangkapanlayar/dok kominfo pangandaran-

BACA JUGA:Proses Pembuatan Tauge, Terbuat Dari Tumbuhan Apasi? Simak Penjelasan Berikut

Dikutip dari Wikipedia, Pangandaran sebagai daerah di Priangan Timur, memiliki sebuah nama dengan sejarah yang kaya, memiliki tiga makna yang menarik.

Pertama, kata "andar" dalam bahasa Sunda berarti "pelancong" atau "pendatang," karena daerah ini dahulu dibuka oleh nelayan Suku Sunda.

Kemudian, etimologi kedua berasal dari "pangan + daharan," yang menggambarkan "tempat mencari nafkah" karena nelayan-nelayan tersebut mencari nafkah dengan melaut.

Menurut cerita rakyat Pangandaran, daerah di Priangan Timur ini terbentuk saat para nelayan Sunda mulai membuka Desa Pananjung.

BACA JUGA:Proses Pembuatan Tauge, Terbuat Dari Tumbuhan Apasi? Simak Penjelasan Berikut

Mereka percaya bahwa gelombang laut yang tenang akan memudahkan mereka mencari ikan.

Hal ini mungkin disebabkan oleh daratan menjorok ke laut yang meredam gelombang ganas Samudra Hindia, menciptakan lingkungan yang aman bagi perahu-perahu mereka.

Pananjung awalnya adalah pusat kerajaan yang berkembang seiring dengan Kerajaan Galuh Pangauban pada abad ke-14 Masehi.

Namun, sayangnya, Kerajaan Pananjung hancur akibat serangan perompak selama masa paceklik karena mereka enggan menjual hasil bumi kepada perompak tersebut.

BACA JUGA:Buku The Fellowship of the Ring Pertama Kali Terbit Tahun 1954, Hari Ini di Masa Lalu

Pada masa pemerintahan Hindia Belanda, Pangandaran menjadi bagian dari Kabupaten Sukapura.

Namun, pada tahun 1922, Pananjung diubah menjadi taman dengan melepaskan beberapa hewan termasuk seekor banteng jantan, tiga ekor sapi betina, dan beberapa ekor rusa karena keanekaragaman satwa dan tanaman langka yang ada di daerah tersebut.

Sejak tahun 1934, Pananjung dijadikan suaka alam dan marga satwa dengan luas wilayah 530 ha karena pentingnya menjaga kelangsungan habitat yang unik.

Kemudian pada tahun 1961, setelah penemuan Rafflesia patma, statusnya berubah menjadi cagar alam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: berbagai sumber