Mikra Gugat

Mikra Gugat

edi hartono

Humor bikin hati gembira : Mungkin suatu saat nanti, di surga, Amien Rais akan sowan ke Gus Dur. "Apa kabar Gus," ucap Amien Rais. Gusdur yg sakti sdh tahu kalau Amien mau datang. Dia santai saja. "Di surga gini ya jelas enak lah Min. Gitu kok ditanyakan." Jawab Gus Dur sambil tertawa khas. "Piye, ramalanku dulu? Terbukti kan? Kamu akan kehilangan partaimu," lanjut Gus Dur tanpa basa-basi. Amin tak mau kalah dalam berargumen. "Oalah Gus, kita ini kan sama2 diusir dari partai yg kita dirikan. Bukan cuma saya, sampean juga to." Jawab Amien. "Ya beda lah Min. Aku pernah jadi presiden, kamu kan tidak. " Amien lagi2 tak mau kalah. "Sampean ki lucu Gus. Saya kan jadi ketua MPR. Lebih tinggi MPR dibanding presiden. Iya to?" Mereka berdua tertawa bersama. Gus Dur bergumam, "Memang nakal itu imin, dari kecil tak ajari politik, besarnya malah molitiki aku." Ucap Gus Dur kecut. "Sabar Gus. Saya malah lebih parah. Zul itu tak jadikan besan. Terus jadi ketum partaiku. Lhah ujung2nya anakku dipengaruhi jadi menentangku. Terus partaiku diambilnya. Terus anakku pun akhirnya mau diceraikan anaknya zul. Aneh to. Nasiiib-nasib. " Gus Dur tertawa, akhirnya Amien juga tertawa. Tertawa kecut. "Kabarnya mereka berdua sekarang mepet ke Jokowi. Memang dunia itu aneh. " "Ya begitulah Gus. Sekarang enak sdh disini. Kita ngopi-ngopi saja Gus. "

Johan

Saya merasakan dampaknya, sangat. Tapi apakah harus menyalahkan Pak Jokowi? Tentu tidak. Segala hal ada sebab akibat nya. Jika sejak awal kita semua solit dan memiliki solidaritas untuk pemenuhan dan menjaga harga minyak goreng dalam negeri, tidak akan ada kebijakan sapu jagad yang membawa dampak serius seperti ini. Setidaknya sekarang semua merasakan apa yang ibu-ibu rasakan ketika minyak goreng mahal dan langka. Ibu-ibu menjerit. Sekarang bukan cuma ibu-ibu saja yang menjerit. Semua pelaku sektor sawit ikut menjerit. Puas..?! Puas..?! (meniru gaya Tukul Arwana)

Kurniawan Roziq

Gajah di pelupuk mata nggak tidak kelihatan , semut di amerika kelihatan , nunggu ulasan tentang tembak menembak yang 7 peluru nggak kena-kena , tapi yang 5 peluru kena dan ahli

Gito Gati

Kelapa sawit dibawah harga asumsi. Terlalu murah. Minyak goreng harga 14.000/liter. Harga dibawah asumsi jika perbandinganya adalah harga sawit dibawah 1000/kg. Jadi kesimpulanya, ada usaha "makar" dari para pengusaha sawit. Pemerintah tdk boleh kalah dari para pemburu cuan yang merasa dibutuhkan masyarakat dan negara.

Jimmy Marta

Kadang kita iri pada politikus. Yang kaya dengan duit e dg mudah dp posisi. Yg berkuasa dg kekuasaannya mendapat yg diinginkan. Politikus berkuasa memang keren. Memanfaatkan jabatan dan fasilitas negara untuk mencapai keinginan. AR dan pendiri lainnya awalnya memposisikan PAN di poros tengah. Dibuat sbg partai terbuka. Pan jadi milik bersama para kader. Kepemimpinan dipilih dari kader terbaik. Ada konsekuensi logis sbg partai milik kader. Pendiri sekalipun bisa hilang peran. Jika tak sejalan dg ketua terpilih. Ketualah yg jadi pemilik. Menentukan arah politik partai. Pilih posisi diluar atau didalam kekuasaan. Pragmatisme nya zulhas, pan dipaksa belok kiri. Jadi andapun boleh ngiri..

doni wj

Luar biasa peran Humas atau PR pabrik minyak goreng alias migor itu. Harga di tingkat petani jelas. Jelas anjlognya. Harga dari pengepul jelas. Jelas mencekik keuntungannya. Petani yang menyiapkan lahan dan bibit, membeli pupuk, membayar upah buruh untuk pemeliharaan sampai panen. Hasilnya dihargai 1000 per kilo. Bahkan kurang. Buat parkir atau pipis di toilet umum saja tidak cukup. Abah Dis pasti sudah tahu, buat pipis di titik nol IKN itu butuh BBM berapa ratus ribu. Pabrik migor yang paling besar labanya. Mereka punya kebun sendiri. Proses harga di pengepul tidak mereka alami. Artinya laba mereka adalah laba produksi dan penjualan migor yang Nauzubillah + laba di tingkat pengepul. Itu kok ya masih dirasa kurang. Sampai-sampai menjual migor 14 ribu saja keberatan. Yang luar biasa, hujatan justru lebih besar dialamatkan ke pemerintah, sebagai regulator. Daripada ke pabrik migor, sebagai penentu harga di lapangan dan penyulut keruwetan. Beberapa orang memang sudah ditahan karena bukti persekongkolan. Namun masih berjalannya hal yang sama menunjukkan aktor intelektualnya bukan mereka. Dari sisi pemerintah regulasi sudah ditunjukkan. Termasuk dengan cara yang paling ekstrim. Namun PR besarnya ada pada pengawasan dan tata niaganya. Saya kurang paham di sini, apakah Bulog bisa masuk ke area sawit dan migor. Mengingat migor adalah sembako. Kalau iya, Bulog bisa beroperasi di area pengepul, produksi, sampai penjualan. PR nya dikerjakan sebelum plesir ya, Pak Zulhas

Pryadi Satriana

"Lagi opo Pry?" "Moco Disway." "Opo beritane?" "Zulhas". "Opo'o Zulhas?" "Terang-terangan kampanye politik uang. Jian jancuk'an tenan, kok. Mari kampanye politik identitas, saiki wong susah kangelan tuku migor dipolitisasi." "Dikritik karo Dahlan?" "Gak. De'e karo Zulhas gak wani." "Wong sugih yo ngono iku. Golek aman ae. "Jurnalis tenanan mestine gak ngono. Kudu menyuarakan kebenaran, ngritik sing gak bener. Gak mek mikir keuntungan mediane ae." "Dahlan iku biyen jurnalis Pry, saiki ... " "Saiki opo?" "Anda sudah tahu, he .. he .. he .."

Pendylagi project

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: