Naaah, Tuh Kan, Eropa Aja Berburu Batubara, Indonesia Harus Apa?

Naaah, Tuh Kan, Eropa Aja Berburu Batubara, Indonesia Harus Apa?

Jerman salah satu yang telah menginformasi potensi krisis telah secara resmi meminta 150 juta batu bara dari Indonesia.

BACA JUGA:Terbitkan Green Bond Rp 5 Triliun, BRI Tegaskan Sebagai Market Leader ESG Company di Indonesia

Hal ini akan berpengaruh pada revisi rencana kerja dan anggaran biaya (RKAB) 2022.

"Gambaran permintaan sudah 150 juta (ton). Itu yang bicara angka Jerman yang saya tahu," katanya.

Sementara itu, Kepala Biro Komunikasi Layanan Informasi Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi menyebut asosiasi batu bara Jerman telah membuat pertemuan dengan Menteri ESDM Arifin Tasrif beberapa waktu lalu 

BACA JUGA:Terbitkan Green Bond Rp 5 Triliun, BRI Tegaskan Sebagai Market Leader ESG Company di Indonesia

"Pada pertemuan tersebut disampaikan bahwa 50 persen dari suplai batu bara Jerman berasal dari Rusia dan dengan perkembangan situasi saat ini Jerman ingin mengembangkan kerja sama suplai batu bara dadi Indonesia," terangnya.

Data perdagangan batu bara terkini mencatat bahwa komoditas emas hitam tersebut diperdagangkan pada level US$395,50 per metrik ton pada Selasa (21/6/2022). 

BACA JUGA:MTI Dukung Larangan Pelaku Pelecehan Seksual Naik Kereta

Harga tersebut naik tinggi mencapai 3,47 persen atau 13,25 poin dibandingkan dengan hari sebelumnya.

Sementara itu di dalam negeri, produksi batu bara Indonesia hingga kini telah mencapai 284,41 juta ton atau 42,90 persen dari target yang ditetapkan di awal tahun yakni 663 juta ton.

Di tengah tingginya permintaan ini, pemerintah memastikan bahwa pasokan untuk domestik tidak terganggu dengan kondisi yang ada saat ini.

BACA JUGA:Petugas DKP3 Beber Hasil Sidak PMK Hewan Kurban di Kota Tasikmalaya

Menjawab kebutuhan tersebut, Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan berpendapat peran perbankan masih sangat diperlukan untuk menyalurkan kredit ke sektor energi fosil termasuk batu bara.

Menurutnya, hal ini menjadi dasar yang sangat kuat bagi perbankan untuk tetap mendukung energi fosil lantaran masih sangat krusial baik bagi pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia, sekalipun penjawab lonjakan kebutuhan energi dari luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: