Pedagang Kedelai di Garut Kehilangan Pelanggan, Ini Masalahnya

Pedagang Kedelai di Garut Kehilangan Pelanggan, Ini Masalahnya

Radartasik, GARUT – Para pedagang dan supplier kacang kedelai di Kabupaten GARUT meradang. Sebab bantuan selisih harga kedelai yang diluncurkan Kementerian Perindustrian dan Perdagangan (Kemenperindag) melalui Badan Urusan Logistik (Bulog) hanya dijual salah satu lembaga.

Akibatnya, para pelanggan yang merupakan perajin tahu dan tempe tidak lagi membeli ke toko yang biasa jualan kedelai, tetapi ke koperasi tersebut.

BACA JUGA: BMKG Bentuk Tim CSIRT Antisipasi Serangan Siber

“Sekarang langganan mulai tidak ada, banyak yang pergi ke Koptigar (Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia Se-Garut), karena mereka jual kedelai subsidi,” ujar Eli Laela (48), pedagang kedelai yang membuka toko di Jalan Terusan Pembangunan Tarogong Kidul kepada wartawan, Rabu (8/6/2022).

Eli menerangkan, harga kedelai yang dijualnya dengan kedelai program bantuan penggantian selisih harga bisa mencapai Rp 1.500 per kilogramnya. Hal itu jelas membuat para perajin tahu dan tempe yang sebelumnya jadi pelanggannya, beralih ke kedelai yang dijual Koptigar.

“Buat para perajin tempe, tahu beda Rp 200 saja dikejar,” katanya.

Perbedaan harga yang mencolok dengan jenis barang yang sama menimbulkan persaingan tidak sehat. Makanya, banyak pedagang kedelai di Garut mengalami penurunan penjualan. Para pelanggan lebih memilih membeli kedelai yang harganya ada selisih dari harga pasaran.

“Kita tidak menyalahkan para perajin tempe tahu,” katanya.

BACA JUGA: Keunikan Pasar Senggol Turki

Di Kabupaten Garut, sedikitnya ada lima pedagang besar kedelai yang telah berdagang kedelai sejak puluhan tahun. Saat ini, kelima pedagang kedelai yang menyuplai kebutuhan perajin tahu dan tempe serta pedagang kecil lainnya tidak dilibatkan dalam penyaluran kedelai bantuan selisih harga tersebut.

Terpisah, pedagang kedelai lainnya Awang Daria (62) mengakui, peredaran kedelai dengan harga subsidi membuat penjualan kedelai di tokonya di bilangan Jalan Guntur mengalami penurunan. Pelanggannya lebih memilih membeli kedelai dari Koptigar yang harganya disubsidi.

Keberadaan kedelai dengan selisih harga, menurut Awang, membuat persaingan dagang juga terjadi di perajin tempe dan tahu. Perajin yang tidak mendapatkan kedelai dengan selisih harga, mengurangi ukuran tahu dan tempenya harus bersaing dengan tahu tempe yang diproduksi perajin tahu tempe yang mendapatkan kedelai dengan selisih harga.

Eli dan Awang mengakui para pedagang kedelai sudah melayangkan surat protes kepada Dinas Perindustrian dan Perdagangan terkait beredarnya kedelai dengan bantuan selisih harga.

Edy Sofyan, bagian penyaluran Koptigar Garut mengakui menjadi satu-satunya penyalur program bantuan selisih harga kedelai dari Bulog untuk Garut. Program tersebut dalam penyalurannya melibatkan koperasi di daerah-daerah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: radartasik.disway.id