TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM - Perempuan disabilitas sering mengalami diskriminasi berlapis karena status gender dan kondisi disabilitas mereka. Mereka sangat rentan menjadi korban kekerasan seksual.
Dukungan dan kehadiran negara serta masyarakat untuk melindungi para korban kekerasan sangat penting.
Menurut data dari Lembaga Konsultasi Kesejahteraan Keluarga (LK3), ada lima kasus pelecehan dan kekerasan yang melibatkan penyandang disabilitas. Hampir semuanya melibatkan perempuan sebagai penyintas.
Ketua LK3 Kota Tasikmalaya, Lilis Suharoh, menjelaskan bahwa kelima kasus tersebut dialami oleh penyandang disabilitas yang masih berusia di bawah umur. Beberapa kasus terjadi di sekolah dan lingkungan rumah.
BACA JUGA:Pilkada 2024 Kota Tasikmalaya, Jagoan Golkar dan Pentolan PDIP Bertemu Bahas Hal ini
"Ada kasus bullying dialami oleh anak SD kelas 6. Anak itu dibully oleh temannya karena menderita epilepsy, sering pingsan dan membusa hampir 20 kali sehari. Selain itu, ia juga mengalami kekerasan seksual oleh kepala sekolahnya," ungkap Lilis kepada Radar Tasikmalaya, Jumat lalu 12 Juli 2024.
Lilis juga menambahkan bahwa ruang publik juga tidak aman bagi penyandang disabilitas. Misalnya, D, yang mengidap cerebral palsy, mengalami perundungan saat hendak latihan berlari.
"D pernah mengalami pelecehan saat sedang berlari. Ia diledek karena dianggap tidak pantas ikut lari. Ada video yang menunjukkan ia sampai terjatuh," terangnya.
Kasus paling parah dialami oleh satu keluarga di Kota Tasikmalaya. Lilis mengungkapkan bahwa sepasang suami istri dan tiga anak mereka semuanya memiliki disabilitas mental.
BACA JUGA:Ngeri! Donald Trump Ditembak Saat Kampanye, Kondisi Terkini Calon Presiden Amerika?
"Satu keluarga ini semuanya disabilitas mental. Mereka sering pindah tempat dan dibully oleh tetangga mereka yang menyebut mereka keluarga idiot. Saya juga sedang mencari cara untuk mendapatkan hak pendidikan bagi anak mereka yang sudah seharusnya bersekolah," bebernya.
Plt Kepala Dinas Sosial, Wawan Gunawan (Wagun), menceritakan kasus lain yang dialami S (7) yang mengidap Harlequin Ichthyosis, jenis iktiosis paling parah.
"S mengalami penolakan di salah satu sekolah negeri (TK) karena kelainan kulitnya. Tetangga juga menjauhinya padahal penyakit tersebut tidak menular," tutur Wagun.
"S akhirnya diterima di sekolah swasta setelah intervensi dengan mengadvokasi ke Disdik dan pihak sekolah," lanjut Wagun.