Sayang akhirmya berdiskusi dengan sahabat dalam riungan itu.
Memang, dtigma terhadap orang Tionghoa di Indonesia secara umum kurang baik.
Sentimen anti China kadang-kadang muncul menjadi potensi konflik.
Orang Tionghoa di Indonesia masih dianggap bukan pribumi. Stigma itu pernah begitu kuat era orde baru berkuasa.
Orang Tionghoa dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) ditandai dengan indentitas Warga Negara Asing (WNA).
Mereka butuh proses untuk menjadi Warga Negara Indonesia (WNI).
Ini bagian dari konflik politik ketika menjelang kekuasaan Presiden Soekarno berakhir.
Era Soekarno yang disebut orde lama dianggap terlalu dekat dengan China yang notabene negara komunis.
Hingga sempat ada poros Jakarta-Peking. Ketika itu Soekarno begitu antibarat. Sampai Indinesia pun keluar dari keanggotaan PBB.
Meletus peristiwa G30S/PKI yang memicu kekacauan di Indonesia. Soekarno kemudian harus berakhir kekuasaannya. Digantikan Presiden Soeharto.
Era Presiden Soeharto selama 32 tahun berkuasa ini sentimen negatif terjadi kepada China.
Hubungan diplomatika Indonesia dan China putus. Di dalam negeri ketika itu pasca G30 S/PKI ada pembersihan antek dan pengikut PKI (Partai Komunis Indonesia).
Banyak warga keturunan Tionghoa jadi sasaran pembersihan anti PKI itu. Terjadilah eksodus orang-orang keturunan China keluar dari Indonesia.
Saya beberapa tahun lalu pernah bertemu orang China yang eksodus itu. Yakni di Pulau Hainan China.
Seorang pria usia 80 tahunan. Dia dulu tinggal di Tasikmalaya. Pengakuannya di Pataruman.
Begitu kagetnya saat saya sampaikan kalau saya dari Tasikmalaya.