Sehingga misi ynag diemban pun aman. Terjaga kerahasiaannya.
Saat itu saya merasakan sesal luar biasa. Sekitar 10 tahun lalu saya belajar bahasa mandarin.
Tidak tuntas. Padahal saya sudah memanggil pengajar secara khusus.
Andai saya tuntas, tentu sangat bermanfaat sekali untuk berbincang lebih leluasa dengan pria Tiongkok itu.
Sesekali saya gunakan bahasa mandarin untuk komunikasi dengannya.
Sapaan-sapaan pendek saja. Itu juga kerepotan ketika pria Tiongkok itu membalasnya dengan nyerocos. Hahaha.
Tetapi pria Tiongkok itu cukup kaget ketika pertama bertemu saya sapa dalam mandarin.
Pun sahabat-sahabat saya yang saat itu meriung ngobrol sama pria Tiongkok itu.
Sahabat-sahabat saya tidak menyangka saya dapat bercakap dengan bahasa pria Tiongkok.
“Loh, Anda bisa mandarin juga?” salah seorang sahabat yang sekaligus tuan rumah kumpul-kumpul kami.
“Ah sedikit saja kang. Dulu pernah belajar tapi tidak tuntas,” jawab saya sambil terkekeh memendam sesal.
Menyesal malas belajar sehingga bahasa mandarin saya masih tetap terbata-bata.
Pria Tiongkok adalah tamu sahabat saya itu. Dia tidak dalam jadwal bertamu. Tiba-tiba saja ketika kami kumpul dia menelepon sahabat saya itu.
Dia mengabarkan ada di sekitar tempat kami kumpul. Mau mampir untuk bertemu.
Sahabat saya pun membolehkannya datang. Jadilah kami ngobrol bareng-bareng. Pakai mesin penerjemah itu.
Merekatkan Budaya Sunda dan Cina