Kami pun ngobrol dalam bahasa Sunda. Temyata pria sepuh itu masih lancar bercakap bahasa Sunda.
Cerita pilu dia kisahkan. Bagaimana harus pergi dari Tasikmalaya saat kekacauan terjadi.
Dia berpisah dengan saudaranya yang lain. Dia kemudian ditampung oleh pemerintah China di pulau Hainan. Sampai beranak pinak.
Selama berkisah, saya lihat mata pria sepuh itu begitu berbinar.
Bertemu saya yang dari Tasikmalaya seakan jadi penawar rindunya ke kota masa kecil dan remajanya dulu.
Kembali ke pria Tiongkok dengan mesin penerjemah wow itu, dia juga diskusi tetang potensi untuk membangun Tasikmalaya.
Dia memaparkan negaranya memiliki teknologi pertanian yang begitu maju.
Tasikmalaya daerahnya cocok untuk pertanian. Buahan-buahan seperti jeruk dapat dikembangkan.
Teknologi pertanian China dapat membuat produksi buah-buahan seperti jeruk yang bagus.
Ukurannya dapat tumbuh seragam, warna buahnya cerah, dan rasanya manis.
“Tasikmalaya dapat menjadi pusat buah jeruk. Saya memiliki saudara profesor pertanian. Teknologinya dapat dibawa ke Tasikmalaya untuk ditularkan,” begitu penjelasannya melalui mesin penerjemah.
Selain teknologi pertanian, kata dia, ada juga teknologi untuk mengolah sampah. Tasikmalaya dapat diatasi masalah sampahnya dengan menggunakan teknologi yang dimiliki China.
Tentu semua yang dia sampaikan dapat terealisasi melalui kebijakan pemimpin di Tasikmalaya.
Baik pemimpin Kota maupun Kabupaten Tasikmalaya. Wali kota dan bupati.
Saya sampaikan ke pria Tiongkok itu, program itu nanti setelah tawakan saja ke Wali Kota Tasikmalaya yang baru.
Pria Tiongkok itu mengangguk-angguk sambil tersenyum lebar.