Dengan begitu jika di Mekkah waktu puasa itu durasinya 14 jam, maka menjalankan puasa Ramadhan di Alaska pun lamanya 14 jam.
BACA JUGA: AC Milan Tumbang di Kandang Monza 4-2, Matteo Gabbia: Menyakitkan Kalah Seperti Ini
Keputusan dari Dewan Fiqih ini bertujuan untuk menciptakan stabilitas waktu mengenai kapan umat muslim Alaska berpuasa dan kapan mereka berbuka.
Dengan merujuk pada keputusan tersebut, tentu saja ada konsekuensi logis yang mesti diambil saat menjalankan puasa ramadhan di Alaska.
Pertama, ketika puasa ramadhan di Alaska jatuh pada musim panas, maka umat islam di sana akan berbuka saat matahari masih terbit.
Kedua, apabila puasa Ramadhan di Alaska jatuh pada musim dingin, maka setiap muslim akan tetap berpuasa meskipun hari sudah malam.
Terlepas dari tantangan fisik yang ditimbulkan oleh siang yang panjang atau malam yang panjang, bagi yang menjalankan puasa Ramadhan di Alaska kondisi itu bisa dipandang sebagai kesempatan untuk memperkuat keimanan dan disiplin spiritual mereka.
Puasa dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya pengendalian diri, rasa syukur, dan empati terhadap mereka yang kurang beruntung.
Sebagai informasi, populasi muslim di sama mungkin lebih kecil dibandingkan dengan wilayah lain, karena itu menjalankan ibadah Ramadhan di Alaska dapat menumbuhkan rasa kebersamaan dan persahabatan di antara sesama muslim khususnya.
Iklim yang ekstrem di sana menjadi metafora atas tantangan dan manfaat menjalankan puasa Ramadhan di Alaska.
Sebagaimana alam liar menguji ketahanan fisik seseorang, menjalankan puasa Ramadhan di Alaska menguji ketahanan spiritual dan komitmen terhadap iman.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa puasa selama Ramadhan di Alaska menghadirkan serangkaian tantangan yang berbeda dengan yang dihadapi di negara lain, terutama Indonesia.
Namun, pengalaman menjalankan puasa Ramadhan di Alaska memberikan hikmah tersendiri yaitu melatih diri dalam kehidupan spiritual, ikatan komunitas, dan refleksi tentang esensi sejati bulan suci ini.
Umat Muslim di Alaska menghadapi tantangan ini tentunya dengan keberanian dan tekad, menemukan kekuatan dalam iman mereka dan dukungan dari saudara-saudara muslim lainnya.