"apa sistemnya tidak bisa diubah, tergantung orangnya", "apa orangnya tidak bisa berubah tergantung sistemnya", seakan-akan tidak ada ujung mangkannya sampai membuat "gila" , tapi kalau ada kemauan untuk maju bersama pasti ada jalan merubahnya, sayang biasanya ini kalah dengan kepentingan
Eyang Sabar56
PSSI itu milik siapa? Agar tdk ada kesan PSSI hanya diwakili (dimiliki?) segelintir orang gila (bolakaki). Alangkah baiknya, kedepan pemilihan Ketum, rakyat harus dilibatkan. Lewat e-voting atau apapun caranya. Soal calon Ketum dan pengurus ikutannya pun tekhnis dan mekanismenya serahkan ke DPR sbg, Anda sdh tau. Dgn maksud kami2 rakyat pencinta bolakaki tdk cuma selalu jadi komoditas dan korban beliau2 gila bola. Siapa tau,,,,,,,,,,,,,,?
Lukman Nugroho
Problem pemilik suara dan permasalahannya kan sama dengan pemilu. Dimana, suara guru besar sama dengan yang bukan guru besar. Dimana pembayar pajak jumlah besar, sama nilainya dengan yang tidak membayar pajak. Semoga bangsa ini kian rasional dalam banyak hal. Sehingga, pemilihan ketum PSSI ini tidak perlu memakai cara-cara yang irasional. Anda sudah tahu, cara apa itu.
Sutikno tata
Saya tidak piara burung karena gk ngerti burung, Tapi saya tetap menikah walaupun gak ngerti jalan pikiran wanita, apakah saya juga gila?
Kliwon
Kali Jagir akeh nyambik'e.. Kali Rungkut akeh yuyune.. Itulah nama² hewan di kali.
Mirza Mirwan
Di beranda depan Bung Kliwon dan Nyonya duduk terpisah. Bung Kliwon duduk di kursi rotan panjang menghadap ke halaman. Sementara Nyonya duduk di kursi lain membelakangi tembok rumah tetangga. Kayaknya ada pertengkaran kecil di antara keduanya. Kentara dari rona muka yang pada bruwet. Tiba-tiba masuklah dua orang pengamen. Yang satu menyandang alat musik dari kotak kayu dengan empat karet melintang melewati lobang di tengah kotak. Satunya lagi membawa kecrekan dari beberapa tutup botol soft drink yang disusun renggang pada paku di sebilah kayu. Si pembawa kecrekan mulai menyanyikan lagu melayu "Harapan Hampa"-nya M. Mashabi. Meski diiringi musik seadanya, suara pengamen itu enak juga. Tetapi, barangkali, karena melihat si pemilik rumah seperti sedang duhkita, maka di bait terakhir si pengamen memlesetkan liriknya. Janganlah cintaku/ kau umpamakan bagai bola/ Jauh kau incar, kau kejar-kejar/ setelah dekat kau tendang/ Kiat si pengamen ternyata cukup jitu. Mendengar plesetan bait terakhir itu Bung Kliwon dan Nyonya serempat tertawa. Nyonya Kliwon minta si pengamen menunggu sebentar, lalu masuk ke dalam. Sebentar kemudian keluar lagi sambil membawa selembar pecahan 20.000. "Terima kasih, Bu, semoga rejeki ibu dan bapak semakin bertamah, agar selalu banyak sedekah." "Amiiin," sahut Nyonya Kliwon. "Memangnya ibu kasih berapa?" tanya Bung Kliwon setelah Nyonya duduk kembali. "Dua ribu." "Kok bilang terima kasihnya......??"
yea aina
Kegilaan: melakukan hal sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil berbeda. Yang ngomong itu bukan Abah Dis, apalagi saya. Itu quote/perkataan Mbah Albert Einstein, fisikawan kelahiran Jerman dan berkarir di AS.
Leong putu
Iya...rumputnya tumbuhnya ke atas. Yang bagus, rumputnya tumbuh kesamping atau ke bawah....wkwkwk
Jimmy Marta