Menakar Kontestasi Politik dan Kompetensi Anies-Prabowo-Ganjar: Analisis Pakar Komunikasi Dr Naniek Afrilla

Menakar Kontestasi Politik dan Kompetensi Anies-Prabowo-Ganjar: Analisis Pakar Komunikasi Dr Naniek Afrilla

Dr Naniek Afrilla Framanik M.Si menakar tiga bakal calon presiden Anies-Prabowo-Ganjar.-istimewa -

Menakar Kontestasi Politik dan Kompetensi Anies-Prabowo-Ganjar: Analisis Pakar Komunikasi Dr Naniek Afrilla

RADARTASIK.COM - Menjelang pemilihan presiden (Pilpres) 2024 kandidat sudah mengerucut ketiga nama bakal calon presiden: Anies-Prabowo-Ganjar.

Perjalanan menuju grand final kontestasi politik Anies-Prabowo-Ganjar menjadi perhatian Pakar Komunikasi Budaya dan Media Studies, Assoc. Prof. Dr. Naniek Afrilla Framanik, M.Si  dari Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten.

Komunikasi politik jelas Naniek, adalah komunikasi yang melibatkan aktor-aktor politik, dengan pesan-pesan politik tentang kekuasaan, pemerintahan, dan kebijakan pemerintah.

Pesan-pesan tersebut, tuturnya, disampaikan melalui media-media yang strategis sehingga mampu mendongkrak etikabilitas, elektabilitas dan kemampuan sosiabilitas para aktor politik.

BACA JUGA:ASYIK Subsidi Tetap BBM Solar Diusulkan Rp1.000 Per Liter, Subsidi Listrik Rp73 Triliun Lebih

Banyak aktor politik yang tidak punya pendidikan politik yang memadai sehingga hanya menyasar publik pheriferal (pinggiran) yang tidak terdidik dan lemah dari sudut manapun sehingga mudah ‘dikibuli’ dengan nasi bungkus, sorban, kerudung dan amplop. 

Mereka menghindari ‘center public’ (publik yang berpendidikan, yang kritis/ vokal) karena akan habis ‘dirujak’ (istilah netizen) kepada aktor politik yang berkiprah buruk. 

Beranjak kepada kiprah para kandidat yang seharusnya mengedepankan integritas, kredibilitas, kompetensi yang jelas semuanya berpihak pada kepentingan hajat hidup rakyat. 

“Berpihak hanya kepada kebenaran, nilai-nilai moral, kebutuhan primer rakyat seperti penguatan bidang pendidikan, kesehatan, penguatan pangan, dan keamanan. Ini adalah bagian dari langkah strategis untuk meraih kepercayaan masyarakat,” tambahnya.

BACA JUGA:Mengintip Teknologi Kawasaki Ninja ZX-25R 2024 untuk Hadapi Jalanan Licin Hingga Tikungan

“Ini yang harus ditumbuhkan dan dibuktikan melalui  kompetensi para aktor politik yang terpercaya,” kata ibu dari dua orang anak ini.

Ditanya tentang keunggulan dari tiga nama Anies-Prabowo-Ganjar, dosen yang suaranya lembut ini memiliki pandangan sebagai berikut.

Jika panelis dan mahasiswa bertanya tentang masalah pendidikan maka Anies Baswedan-lah jagonya apalagi Anies pernah menjadi menteri Pendidikan. Masalah tata kota, revitalisasi kota, manajemen organisasi, lembaga, institusi, ekologi, menaungi lembaga keagamaan dan transportasi Anies akan unggul. 

Sedangkan Ganjar, sambungnya, lebih mampu menjawab tentang pandangan-pandangan Soekarnoisme, system teknologi terintegrasi, dan kepengurusan pemberdayaan manusia, HAM, dan pastinya akan mencontohkan kepemimpinannya yang dianggap berhasil sebagai Gubernur. Tapi kompetensi yang lainnya masih amblas,” nilai Naniek.

BACA JUGA:Ternyata Tarik Tunai Saldo GoPay di ATM BCA Mudah Lho, Simak Caranya Dijamin Langsung Cair!

“Kalau Prabowo Subianto akan cakap dalam membahas bidang pertahanan keamanan, hubungan bilateral, dan diplomasi internasional, pilah Naniek Afrilla. 

“Tapi kalau ditanya HAM (human rights) bakal gugup juga. Akan selalu jadi bahan ‘rujakan’ yang terus akan diotak-atik,” tukasnya.

Sebagai Konsultan Komunikasi, Naniek lebih menyoroti bahwa para kandidat sepatutnya mementingkan pentingnya pendidikan dasar, yaitu pendidikan agama, moral/ etika, logika, estetika dan pengembangan karekter diri anak bangsa. 

“Selebihnya generasi muda harus dimotivasi menjadi para pemikir, kalau istilah Rocky Gerung berakal sehat. Bagi yang jenius, cerdas dan bersemangat tinggi maka berilah fasilitas,” saran doktor yang juga menguasai hipnoterapi ini.

BACA JUGA:Duh, Capres Ditembak Mati Usai Kampanyekan ’Saatnya untuk Berani’, Diserang saat Masuk Mobil

Lanjut dia, “Biarkan mereka putra putri terbaik bangsa ini membela negaranya di berbagai bidang, di kancah internasional sebagai ilmuwan, diplomat, pengamat dan lain-lain. Biarkan para generasi muda ini mampu berargumen, berpikir kritis dan memiliki identitas diri.”

“Bagi yang ingin berkiprah sebagai teknisi beri ruang, kemudahan dan beasiswa untuk menjadi  praktisi unggul sehingga bisa bersaing di kancah nasional dan internasional,” tambah perempuan kelahiran Ciamis, Jawa Barat ini.

Fakta pendidikan sekarang ini, menurut Naniek, ada kecenderungan pendidikan  digiring untuk menjadi teknisi dan alergi sebagai konseptor. 

“Saya sebagai akademisi, jika ini terjadi maka negara kita tidak akan punya para konseptor yang mampu berdebat di tingkat internasional untuk membela negaranya,” kata doktor komunikasi yang mengawali kuliah S1 di Fakukltas Ilmu Komunikasi Universitas Islam Bandung (Unisba).

BACA JUGA:Dikhawatirkan Hengkang ke Persebaya, Nasib David da Silva di Persib Terungkap Jelas Jelang Lawan Persija

Naniek benar-benar risau kalau generasi muda Indonesia kelak fokus jadi teknisi. 

“Karena mereka semua diarahkan jadi pekerja, buruh, teknisi, employee.  Kita hanya akan jadi budak asing, aseng, dan asong,” tegas kandidat profesor ini.

Kurikulum pendidikan menurut Naniek, siapa saja yang nantinya menjadi presiden harus benar-benar memperhatikannya.

Fakta yang sudah berlangsung lama di Indonesia, setiap berganti menteri pasti ganti kurikulum. 

BACA JUGA:Akses Gedebage KM 149 Tol Padaleunyi Dibuka Terbatas, Catat Jam Operasional dan Jenis Mobilnya

Bukan hanya berganti, tapi harus betul-betul diperhatikan isi kurikulumnya. 

Dalam analisis etnografis, menteri tersebut seakan mengatakan ini loh jejak saya, prestasi saya, ada hal baru, ada kurikulum baru. 

Yang terjadi,  eeh hanya menyumbang nama baru untuk ujian nasional mulai dari SKALU, SKASU, SIPENMARU, UMPTN, SPMB, SNMPTN, SBMPTN dan entah apa lagi.

Masih seputar pendidikan, Naniek menyebut dua nama bakal calon presiden yaitu Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo. 

BACA JUGA:Ternyata Tarik Tunai Saldo GoPay di ATM BCA Mudah Lho, Simak Caranya Dijamin Langsung Cair!

“Mereka akan  ‘dicincang' habis oleh mahasiswa terkait masalah ini. Tapi kalau para panelis pasti akan bertanya sesuai dengan etika dan tidak akan mempermalukan tiap kandidat,” prediksi Naniek.

Terkait para kandidat ini, harus betul-betul memahami nilai-nilai masyarakat Indonesia yang sikap religiusitasnya masih tinggi, menakar semua dari norma, prinsip Ketuhanan, dan nilai-nilai kemasyarakatan yang masih erat. 

Para kandidat jangan sampai lepas kontrol, jangan mengedepankan ide di luar nilai-nilai tersebut. 

“Apalagi di link YouTube Deddy Corbuzier, Ganjar mengatakan ‘kalau Saya nonton film porno itu salah saya di mana?’ Pernyataan ini jadi bumerang besar bagi Ganjar,” nilai Naniek.

BACA JUGA:Mengintip Teknologi Kawasaki Ninja ZX-25R 2024 untuk Hadapi Jalanan Licin Hingga Tikungan

“Bahaya besar suatu ketabuan ditanggapi dengan kesetujuan. Komunikasi sifatnya irreversible, kata-kata bisa dimaafkan, tapi tidak akan bisa dilupakan”, pungkas Naniek. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: