Sisi Lain Abad Modern: Suku Baduy Menyakini Nabi Adam Turun di Gunung Kendeng
Suku Baduy Dalam masih menjaga tradisi leluhur dalam menjalani kehidupan sehari-hari.-istimewa;BRIN-
Filosofi Suku Baduy Dalam tentang pakaian adat warna putih hitam menunjukkan bahwa manusia tidak sempurna.
Ada kalanya berbuat baik dan disaat lainnya berbuat kesalahan.
Suku Baduy Dalam dalam hal keyakinan kepada Tuhan menganut agama Sunda Wiwitan.
Mereka memiliki sebuah wilayah suci atau sakral yang dinamakan Sasaka Domas.
Sasaka Domas merupakan tempat susucian untuk Suku Baduy Dalam.
Tidak semua orang Baduy Dalam bisa masuk ke Sasaka Domas. Hanya Puun atau kepala adat atau orang-orang khusus saja yang diperbolehkan.
Masuk ke Sasaka Domas hanya satu kali dalam satu tahun yaitu Bulan Kawalu. Bulan dalam kalender khusus yang dimiliki Suku Baduy Dalam.
Sebagai penganut Sunda Wiwitan ada tempat bersembahyang Suku Baduy Dalam namanya pamunjungan atau kabuyutan.
Pamunjungan ini berupa tempat punden berundak yang biasanya terletak di bukit.
Berbeda dengan Suku Baduy Luar adatnya sudah longgar. Jadi boleh dalam menjalani kehidupan sehari-hari boleh menerima atau menggunakan teknologi dan cara hidup masyarakat.
Pakaian Suku Baduy Luar pun berbeda dengan Baduy Dalam. Mereka mengenakan pakaian serba hitam dengan ikat kepala biru.
Pencaharian Suku Baduy, terutama Baduy Dalam selain sebagai petani atau penggarap ladang, mereka juga memelihara ternak.
Kaum perempuan Baduy Dalam memiliki keahlian menenun halus untuk pakaian, dan tenun kasar untuk ikat kepala serta ikat pinggang.
Karena tidak boleh memakai peralatan modern, maka peralatan sehari-hari Suku Baduy mereka buat sendiri.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: