Jago Wayan

Jago Wayan

--

Abah, lagi ada hot isu soal tim shadow di Kemdikbud. Tapi soalan RUU pendidikan ini, saya sulit lepas dari nama2 tim penyusun buku pedoman Kurikulum Merdeka. Ada beberapa nama yang pasti muncul. Cek saja di Google. Kita akan tahu siapa mereka. Disitu kita bisa memperkirakan kemana kiblat pendidikan Indonesia. Bisa juga tahu tentang sekolah internasional. Bisa juga memperkirakan kenapa organisasi profesi yang ada di RUU Sisdiknas berhak dibentuk oleh siapa saja asal memenuhi syarat bla... Bla... Bla.. Ah, abah pasti lebih tahu.

Johan

Alokasi dana anggaran besar, tapi manfaatnya untuk guru dan anak didik bagaimana? Sejauh yang saya amati, dinas terkait rajin mengadakan acara seminar dan sosialiasi. Mengumpulkan pengurus sekolah yang berada di wilayahnya. Hotel , restoran, katering yang dipilih untuk kegiatan tentu sangat bersukacita. Atau jangan-jangan tidak, karena ada titipan diskon? hhh Pengurus sekolah pun dibuat tersenyum, karena mendapat amplop atau uang saku untuk partisipasinya membantu menghabiskan anggaran. Siapa yang tidak mau? Atau jangan-jangan ada diskon juga. wkwkwk.

yea aina

Iseng-iseng baca realisasi anggaran pendidikan APBN 2022 kuartal 1, senilai 103,5 T. Angka yang cukup wow, untuk seperempat total anggaran 621 T(APBN-P 2022). Itu realisasi amanat konstitusi 20% APBN. Bagian sedikit ganjilnya adalah: Kemendikbud dan kemenag, masing-masing telah "merealisasikan" anggaran senilai 15 T dan 8,8 T saja. Melalui belanja pemerintah pusat. Maka besaran 79,7 T merupakan realisasi anggaran DILUAR 2 kementerian itu. Alokasi APBN pendidikan, TERNYATA ada pos belanja bernama TKDD, kepanjangan dari Transfer ke Daerah dan DANA DESA, realisasinya 76,9 T sepanjang kuartal I 2022. Semoga saja, implementasi anggaran jumbo berupa TKDD berguna bagi PEMBELAJARAN rakyat, khususnya di pedesaan. Toh pendidikan formal merupakan bagian dari PEMBELAJARAN yang berlangsung di masyarakat desa. Entah realisasinya?

Mirza Mirwan

"One child, one teacher, one book, and one pen, can change the world. Education is the only solution. Education first." Kata-kata di atas bukan diucapkan oleh pakar pendidikan bergelar profesor dokter, melainkan oleh seorang remaja putri berusia 16 tahun, tgl. 19 Juli 2013, di depan forum UN Youth Assembly. Remaja putri itu sebenarnya belum sembuh total dari beberapa kali operasi akibat tembakan milisi Taliban. Sekitar 15 bulan, Oktober 2014, kemudian ia dinobatkan sebagai penerima Nobel Perdamaian bersama Kailash Satyarthi dari India. Remaja putri tadi adalah Malala Yousafzai, gadis Pakistan, yang menjadi idola kedua putri saya -- padahal usia Malala lebih muda. Di tahun 2013 Majalah TIME menobatkan Malala menjadi salah satu dari 100 orang paling berpengaruh di dunia, sekaligus menjadi gambar sampul majalah yang hampir berusia satu abad itu. Malala berada di peringkat 15, jauh di atas Barack Obama yang di peringkat 51. Ya, yang bisa mengubah dunia adalah pendidikan. Lebih spesifik lagi kualitas pendidikan. Dan faktor utama yang menentukan kualitas pendidikan adalah kualitas guru. Dan di bawah, Bung Lukman bertubi-tubi mengeluhkan betapa rendahnya kualitas guru kita. Saya mengerti, dan hanya bisa berempati. Mekanisme rekrutmen guru di kita memang tertinggal jauh dari sesama negara berkembang, alih-alih negara maju. Pada th. 1980-an syarat minimal calon guru SD/MI, misalnya, hanya lulusan SPG/PGAA. Di AS, entah guru SD, SMP atau SMA, harus lulusan program master (S-2).

yea aina

Dugaan Abah Dis, pembahasan RUU SISDIKNAS bukan RUU basah, kiranya kurang pas. Terlemparnya RUU tersebut dari prioritas Prolegnas, mungkin lebih karena "kenyamanan distribusi" alokasi anggaran jumbo 20% APBN. Ilustrasi APBN 2023, Anggaraan pendidikan bernilai Rp. 608,3 T lho Bah. Hampir setara subsidi energi APBN 2022. Maka bisa DIBATALKAN kenaikan BBM, Listrik dan lpgnya dong kwkwkw.

Jokosp Sp

Kok baru Undang - Undang yang dibahas ya ? Kapan majunya pendidikan ini ? Pengalaman rekrutmen karyawan baru, sama saja hasilnya. Sulit mencari yang benar - benar sudah siap kerja. Kita lihat yang dari SMK jurusan Tehnik Mesin Ringan atau Alat Berat, hasil wawancara saja masih gagal " tidak tahu komponen unit ". Apalagi suruh nerangin fungsi dan cara kerjanya, babak belur. Yang dari D3 tehnik mesin sama juga hasilnya. Yang S1 juga sama babak belurnya ketika disuruh menerangkan hal yang sama. Kelemahan saat ini adalah : hanya sibuk dan ngejar teori dari buku, kurang jam praktek untuk misal overhaul ( bongkar - pasang mesin ). Kenapa bisa ? ternyata hasil wawancaranya adalah kurangnya ketersedian Alat atau Mesin yang sesuai dan yang disediakan pihak SMK, Politehnik, dan Universitas. Jadi kalau mau siap kerja dari anak - anak baru, ya perusahaan harus siapkan waktu untuk Training dan Praktek lapangan paling tidak satu ( 1 ) tahun. Ini dari satu sisi lulusan tehnik yang saya hadapi selama ini. Jadi la mbok ya para ahli di departemen pendidikan sering - sering turun lapangan, lihat fasilitas sekolahnya seperti apa ? Bangunannya seperti apa ? sudah memadai belum kalau mau ngejar seperti pendidikan di Singapura ?. Piye Mas Menteri ?

Liam Then

Ndak ada duit untuk beli mesinnya Bang. Tapi ada duit buat acara seremonial di hotel-hotel, gedung konvensi. Untuk mendapatkan real skill mau tak mau harus lewat praktek. Belum pernah saya ketemu, orang yang hapal dan pegang buku panduan. Langsung bisa tanpa praktek. Wkkwkwkw.

Liam Then

Peribahasa kuno orang Tiongkok . 一日为师,终身为父 Teacher for a day, father for a life time. Begitulah level penghargaan orang sana kepada profesi guru sejak jaman dulu. Memang terkesan hiperbolis, tapi sederhananya, tanpa guru, berapa persen kira-kira dari kita yang menjadi mahir membaca? Di kita sini cuma di sebut pahlawan tanpa tanda jasa. Kesejahteraan profesi guru itu mutlak harus di perjuangkan. Harapan saya kepada pemerintah. Fokus tuntaskan masalah guru honorer, yang kerap kali nasibnya munculkan banyak berita, dari gaji ratusan ribu pun di rapel dan tak dibayar-bayar. Saya tidak tahu bagaimana cara penyelesaian yang paling tepat. Tapi setidaknya bisa mulai dari stop rekruetmen guru honorer. Hapuskan istilah ini. Karena apresiasi/gajinya sangat merendahkan martabat. Sederhananya ,hasil apa yang mau di harapkan dari tenaga kerja yang kurang gizi? Dipikir secara sederhana saja. Hukum alami yang kerap terjadi ; sesuatu yang dimulai buruk akan berakhir buruk. Hampir tak oernah berakhir baik. Belum mengajar saja sudah pusing urusan perut. Mana bisa fokus mengajar dan meningkatkan kualitas diri. Kepada kaum guru, terima kasih atas perjuangan anda semua. Saya ada rasa di hati ini , perasaan kecintaan anda pada profesi dan anak didik ,membuat anda-anda tetap bertahan , di profesi yang tidak menjanjikan ini. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait