Tangis Panggung
--
Awalnya mengikuti grup Renewable Energi di Facebook, coba coba pasang panel Surya awalnya 50 Watt eh keterusan beranak sampe hari ini jadi 2800 Watt, jadinya udahampir 2 tahun listrik cm bayar abodemen saja, listrik terpasang 1300 va meteran piring jadul, biaya pemakaian minimum 52 kwh sekitar 80 Rb, jadi selama ini sy yang mensubsidi PLN karena PLN cm buat back up kalau mendung lebih dari 3 hari, dan jarang terjadi, kalau panas terik listrik sangat berlebih dan kadang alat listrik ygga perlu dinyalakan ( dengan adanya kompor listrik terpikir untuk beli kompor ini)
Juve Zhang
Saya kebetulan di panggil oleh kontraktor bumn Tiongkok buat "berpartisipasi" yg ternyata " sulitnya tingkat suhu" banyak yg ilmu "kungfunya" belum matang berguguran. Konttaktor BUMN gak ada yg "berani" masuk kalah harga. Yg terjun kontraktor Tiongkok langsung di bantu kita yg sudah cukuo ilmu " kungfunya". Disini 100% otak kita muter mwngatasidisainyg " keliru" dari konsultan awal.entah siapa. Dua jempol buat kontraktor Tiongkok .semua hambatan di atasi. Abah pernah "meninjau" dan geleng geleng kepala lihat sulitnya.
mzarifinumarzain
listrik sudah diubah jadi panas. jadi tak nyetrum lagi. seperti penyetrika pakaian, kan panas, tak nyetrum. seperti mejikjer panas, tapi tak nyetrum.
PryadiSatriana
Kelebihan listrik? Mosok? Masih banyak jalanan dalam kota di Bogor yg "gelap". Pun di sekitar kompleks militer AtangSenjaya. 'Kelebihan listrik di Jawa' tapi masih banyak jalanan dalam kota di Jawa yg "gelap",hi..hi.. . Akhirnya "rakyat miskin jadi proyek" a.n. "subsidi". Ah, sedihnya. Orang miskin kok "dipolitisasi" dan "dijadikan proyek ". Bisa juga kan sebutannya "subsidi" padahal itu "proyek"? Harus ada kejelasan dari PLN tentang hal ini supaya 'ndhak gelap'. Saatnya "terang-terangan." Salam.
RihlatulUlfa
Dulu saya lebih memilih untuk kerja di Jakarta, karena saya bisa pakai alternatif lain yaitu Transjakartayg harganya hanya 3500 saja. mau berapa kali transit pun mau ke Jakarta arah manapun. dibanding saya harus bekerja di kelapa dua, Gading Serpongyg kalau naik angkutan umum harus dua kali atau harus naik ojol. beberapa kali saya harus menggugurkan bekerja karena saya akan ditempatkan di bandara Soekarno-hatta. padahal penyerapan tenaga kerja untuk bandara begitu besar, sayang sekali karena masalah transportasi ini. harusnya juga sudah bisa bertemu Abahdibandarahehe. UMR, UMP di Indonesia jauh dari kata CUKUP. jadi Pemerintah harus buat inisiasidisektor transportasi. biar mereka gak gampang demo, biar uang mereka yg banyak keluar di transportasi bisa dialihkan ke makanan untuk gizi keluarga dan dirinya.
AzwarAnas
Kelebihan manusia di Jawa boleh (oleh pemerintah) diekspor ke Kalimantan. Skalian bawa listrik (yg kelebihan itu) dong supaya hadir juga lah listrik di masyarakat. Yg sejak Indonesia belum merdeka sampai skrgblm ada listrik.
James Atlee
Batubara tak bisa terbarukan, dan dieksploitasi HABIS-HABISAN utk ekspor. Pertinyiinyi : siapa yg menikmati eksploitasi HABIS-HABISAN itu? Saya? Anda? Pak Dahlan? Adaro? Bumi? Bila saatnya nanti habis dikeruk, biaya energi akan naik tajam, siapa yg terbebani? Saya? Anda? Adaro? Atau siapa? Laaaaaah kok diizinkan dikeruk HABIS-HABISAN ???
Budi Utomo
Pak AgusSuryono dan Bung Juve Zhang, mungkin wireless electricity bisa jadi solusi. Itu lho yang sudah ditemukan Nikola Tesla seabad yang lalu tapi tak direalisasikan JP Morgan sang pemodal yang memodali Tesla. Btw, turbin PLTA juga penemuan Tesla. Juga transmisi dan distribusi dengan teknologi listrik AC. Yang kita pakai sekarang. Yang sempat membuat panik Thomas Edison dengan teknologi listrik DC yang ia punya. Silahkan surfing dengan keywords: How Tesla Electricity Can Create Wireless Power.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: