Masih Trauma, Seratusan Orang Masih Mengungsi

Masih Trauma, Seratusan Orang Masih Mengungsi

radartasik.com, SUKAWENING — Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Garut pada Sabtu (27/11/2021) mengakibatkan bencana banjir bandang di dua wilayah, yakni Kecamatan Karangtengah dan Sukawening. Beruntung bencana tersebut tidak menimbulkan korban jiwa, hanya saja sejumlah rumah dan fasilitas umum rusak. Selain itu puluhan rumah di dua kecamatan sempat terendam air.


Wakil Bupati Garut dr Helmi Budiman mengatakan dari dua kecamatan yang terkena banjir bandang, Kecamatan Karangtengah menjadi wilayah paling terdampak bencana. Ada sekitar 200 kepala keluarga (KK) yang terdampak.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 53 KK atau 220 jiwa dilaporkan mengungsi. “Lima jembatan rusak, puluhan hektare lahan pertanian terdampak serta dua unit kendaraan roda dua dan satu unit kendaraan roda empat juga dilaporkan rusak,” ujar Helmi kepada wartawan, Minggu (28/11/2021).

Di Kecamatan Sukawening, kata dia, warga yang terdampak bencana banjir bandang sekitar 112 KK atau 317 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 15 KK atau 65 jiwa dilaporkan mengungsi.

Selain itu, dampak bencana dilaporkan ada tiga rumah terdampak, 107 unit rumah rusak ringan, satu unit rumah rusak sedang, dua tempat ibadah terdampak, satu fasilitas kesehatan terdampak, dua TPT sayap bendungan rusak, jalur pipa air bersih sepanjang 1.000 meter hanyut, tiga jembatan terdampak, lima unit kendaraan roda dua hanyut, satu unit kendaraan roda dua terdampak, satu unit kendaraan roda empat terdampak, akses jalan 200 meter meter, dan 100 hektare sawah terdampak.

“Dari dua kecamatan yang terdampak banjir bandang ini, Alhamdulillah tidak ada korban jiwa maupun luka. Hanya kerusakan saja,” ujarnya.

Helmi menerangkan Pemkab Garut terus menanggulangi dampak bencana banjir bandang. Pihaknya juga terus memastikan kondisi wilayah pascabencana banjir bandang.

“Kita sekarang masih berupaya membersihkan sisa lumpur, agar rumah bisa digunakan kembali. Kita juga memastikan tidak ada jalan dan jembatan terputus, sehingga akses masyarakat tidak terganggu,” ujarnya.

Setelah penanganan pascabencana selesai, Pemkab Garut akan melakukan evaluasi terhadap kejadian bencana banjir bandang. “Jika ditemukan adanya pihak yang menyebabkan terjadinya banjir bandang ini, kami pemerintah daerah akan langsung menindaknya,” ujarnya.

Pemkab Garut sudah menetapkan status tanggap darurat bencana untuk Kecamatan Sukawening dan Karangtengah. Status tanggap darurat bencana akan berlaku selama tujuh hari.

Selama masa tanggap darurat, pihaknya akan berupaya melakukan penanganan pascabencana. Salah satunya adalah membersihkan rumah warga dan memperbaiki fasilitas umum yang mengalami kerusakan.

“Kita tanggap darurat sampai tujuh hari. Nanti bisa diperpanjang kalau diperlukan,” paparnya.

Sementara itu, sebanyak 102 orang warga terdampak banjir bandang di Kecamatan Sukawening dan Karangtengah masih mengungsi di posko pengungsian di Gelanggang Olahraga (Gor) Damanhuri Desa Cintamanik Kecamatan Karangtengah. Dari 102 orang, sebanyak 36 orang di antaranya adalah anak-anak.

Petugas kesehatan Puskesmas Karangtengah Atep Tajul Arifin mengatakan sudah melakukan pemeriksaan kesehatan kepada para pengungsi. Mayoritas pengungsi mengalami pusing dan trauma.

Selain itu, para pengungsi juga, terutama balita saat ini mulai terserang penyakit. “Tadi ada bayi yang mengalami demam tinggi. Kita sudah bawa ke puskesmas dan dirujuk ke rumah sakit,” terangnya.

Pihaknya akan terus memantau kondisi pengungsi di lokasi pengungsian. Saat ini pihaknya telah menyediakan stok obat-obatan untuk diberikan kepada pengungsi apabila diperlukan. “Obat-obatan sudah kami siapkan untuk mengantisipasi para pengungsi terserang penyakit,” paparnya.

Abdullah (65), salah satu pengungsi mengaku memilih tinggal di posko pengungsian karena masih trauma dan takut terjadi banjir bandang susulan. “Sekarang masih hujan, takut terjadi banjir lagi. Tenang kalau tinggal di sini,” ujarnya.

Abdullah mengaku banjir bandang baru pertama kali terjadi di wilayahnya. “Kalau kejadian banjir besar seperti ini baru pertama kali. Di rumah juga ketinggian air 50 sentimeter,” ujarnya.

Hal senada dikatakan, Aas (41), pengungsi lainnya. Dirinya lebih memilih tinggal di pengungsian bersama suami, anak dan orangtuanya karena masih takut tinggal di rumah. Karena kondisi cuaca masih turun hujan.

“Saya baru tadi pagi ke pengungsian. Semalam sibuk bersihin rumah. Mau balik ke rumah masih trauma, apalagi katanya rentan longsor. Tanahnya sudah retak,” terangnya.

Ia berharap pemerintah dapat melakukan penanganan pascabanjir bandang dengan cepat. Sebab, ia khawatir anaknya yang masih balita akan mudah terserang penyakit apabila terlalu lama tinggal di pengungsian.

“Makan sih di sini sudah ada. Tapi baju sama selimut buat anak-anak belum. Kasihan kan anak-anak,” paparnya. (yna)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: