Cirahong, Jembatan 2 In 1 Pertama di Indonesia

Cirahong, Jembatan 2 In 1 Pertama di Indonesia

RADARTASIK.COM, Hilir mudik kendaraan baik mobil ataupun motor yang bersilang secara bergantian membuat Jembatan Cirahong masih menjadi tempat yang setia dalam membantu aktivitas masyarakat setempat. Khusunya bagi warga Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis.


Jembatan yang memiliki rangka baja dan alas kayu tebal seakan menjadi ciri khas dari jembatan ikonik dan legandaris tersebut. Hingga kini, Jembatan Cirahong masih eksis digunakan sebagai jalur utama yang melintasi kedua wilayah perbatasan di selatan Provinsi Jawa Barat tersebut.

Jembatan Cirahong sendiri memiliki panjang 202 meter, yang dibangun sejak tahun 1893 oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda kala itu. Memiliki lebar jembatan yang tak lebih dari dua meter, bagi pengendara yang hendak melintas ke Jembatan Cirahong pun perlu diatur bergantian. Kurang lebih perlu sekitar 5 menit sekali untuk mempersilahkan kendaraan melewati jembatan yang tetap kokoh hingga saat ini tersebut.

Jembatan Cirahong ini merupakan jembatan double deck atau geladak ganda yang memiliki fungsi dual mode alias 2 in 1 (two in one) satu-satunya di Indonesia.

Berdasarkan data yang dikutip dari Dinas Bina Marga dan Penataan Ruang Provinsi Jawa Barat. Bila ditelisik, model Jembatan Cirahong mirip dengan Jembatan Brooklyn di Amerika Serikat. Keduanya memiliki fungsi serupa. Bagian atas jembatan dipergunakan untuk jalur kereta api, sedangkan jalur di bawahnya dimanfaatkan buat lalu lintas kendaraan roda dua dan empat serta tempat lalu lalang para pejalan kaki.

Perbedaannya, Jembatan Brooklyn yang merupakan jembatan dengan suspensi kabel baja pertama di dunia dan dibangun 10 tahun sebelum pembangunan Jembatan Cirahong memiliki dua jalur untuk kereta api di bagian atas dan dua jalur untuk kendaraan lain di bawahnya.

Sementara Jembatan Cirahong cuma memiliki satu jalur kereta api di atas dan satu jalur sempit buat kendaraan lain di sebelah bawah.

Lantaran ukuran jembatan yang sempit, maka kendaraan yang melintas harus bergantian masuk. Unik. Menarik. Sekaligus menggetarkan nyali kala melintasinya.

Jembatan Cirahong adalah jembatan kereta api yang terletak di perbatasan Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Ciamis. Tepatnya menghubungkan wilayah Desa Panyingkiran di Kabupaten Ciamis dengan Kecamatan Manonjaya di Kabupaten Tasikmalaya. Jembatan ini melintas di atas Sungai Citanduy yang merupakan perbatasan kedua kabupaten di Jawa Barat itu. Jembatan Cirahong adalah jalur alternatif dari Tasikmalaya menuju Ciamis lewat Manonjaya dan sebaliknya.

Beralamat di Jalan Raya Cirahong, Margaluyu, Kecamatan Manonjaya, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Jembatan Cirahong sendiri memiliki bentang panjang total 202 meter dan berada di ketinggian 66 meter di atas Sungai Citanduy yang bermuara ke Laut Kidul, serta ditopang penyangga beton setinggi 46 meter.

Jembatan dengan nomor registrasi BH 1290 ini berada di sebelah timur Stasiun Manonjaya yang berada di wilayah kerja PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi (Daop) 2 Bandung.

Menggunakan konstruksi baja yang banyak dan cukup rapat, Cirahong satu-satunya jembatan kereta api peninggalan Belanda di Kabupaten Ciamis.

Mulai dibangun tahun 1893 oleh perusahaan kereta api milik Pemerintah Hindia Belanda, Staatspoorwegen, Jembatan Cirahong merupakan bagian dari pembangunan rel kereta api jalur selatan di Pulau Jawa oleh pemerintah kolonial Belanda. Arsitektur Jembatan Cirahong unik.

Konstruksinya berupa besi baja yang disusun bertingkat dengan rusuk pelat untuk menampung lalu lintas mobil, motor, sepeda hingga pejalan kaki di sebelah bawah serta rusuk kontinyu untuk keperluan jalur kereta api reguler PT KAI Daop 2 Bandung di bagian atas. Jembatan kemudian diperkuat tahun 1934.

Tidak ada angkutan umum roda empat resmi yang melewati jalur Jembatan Cirahong. Kendaraan yang melintas umumnya angkutan pribadi. Karena lebar badan jembatan hanya cukup untuk satu mobil atau sekitar 2 meter, kendaraan yang melintas harus bergantian. Biasanya ada beberapa warga yang bertugas mengatur lalu lintas di kedua ujung pintu jembatan.

Warga dari daerah Manonjaya mengatur arus masuk kendaraan dari pintu jembatan sebelah selatan atau pintu dari arah Manonjaya. Sedangkan warga Ciamis mengatur lalu lintas dari arah utara. Bergantian berjaga selama 24 jam, mereka hanya mendapatkan upah alakadarnya dari sopir atau warga yang melintas di Jembatan Cirahong. (rga/kim)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: