Senja di Ujung Kuas Mak Iyah, ketika Payung Geulis Kota Tasikmalaya Kehilangan Panggungnya

Senja di Ujung Kuas Mak Iyah, ketika Payung Geulis Kota Tasikmalaya Kehilangan Panggungnya

Mak Iyah melukis Payung Geulis khas Kota Tasikmalaya dengan koas yang ia buat dari rambutnya sendiri. ayu sabrina / radar tasikmalaya--

BACA JUGA:Hasil Curian Tak Bertahan Lama, Maling di Tasikmalaya Jadi Korban Pencurian Juga

“Banyak pengrajin sudah menyerah. Saya masih bertahan karena ini bukan cuma soal uang, tapi warisan,” katanya.

Sementara itu, Mak Iyah tetap duduk di bangku kecil di pojok ruang kerjanya. 

Di hadapannya, selembar kain putih terbentang, payung yang belum selesai. 

Ia menatapnya lama sebelum kembali menggerakkan kuas. Mungkin ini payung terakhir yang ia buat, mungkin juga bukan.

BACA JUGA:Dari Peristiwa 1952 hingga Hari Pemberantasan Kemiskinan Dunia

Yang pasti, setiap sapuan kuasnya adalah doa agar payung geulis dan semangat Tasikmalaya yang terkandung di dalamnya tak ikut memudar bersama senja di matanya.

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber:

Berita Terkait