Ketika RW di Tasikmalaya ini Tolak Program Baru KDM Demi Keberlanjutan Gotong Royong Mandiri
Warga RW 5 Kampung Sela Awi, Kelurahan Tuguraja, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya saat melakukan program Gerbu, Senin 6 Oktober 2025. rangga jatnika / radar tasikmalaya--
TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Sore itu, di sebuah gang kecil di Kampung Sela Awi, Kelurahan Tuguraja, Kecamatan Cihideung, Kota TASIKMALAYA, suara salam bergema dari satu rumah ke rumah lain.
Di tangan petugas itu terdapat map biru berisi catatan dan uang recehan.
Ia bukan menagih hutang, melainkan menjemput sumbangan Gerakan Seribu atau disingkat Gerbu.
Sudah lebih dari satu tahun, tradisi ini menjadi rutinitas harian warga RW 5. Setiap keluarga menyisihkan Rp 1.000 per hari.
BACA JUGA:Pemprov Jabar Dinilai Lamban Tangani Pohon Rawan Tumbang di Tasikmalaya
Uang itu dikumpulkan secara sukarela, tanpa paksaan, tanpa pamrih.
Hasilnya kini menembus Rp 100 juta lebih, sebuah pencapaian besar bagi gerakan kecil di kampung padat penduduk ini.
“Awalnya kami ingin membeli tanah untuk pemakaman warga, karena yang lama sudah penuh,” ujar Ustaz Iri Syamsuri, inisiator Gerbu sekaligus tokoh masyarakat setempat, Senin 6 Oktober 2025.
“Harga tanahnya sekitar Rp 700 juta, jadi kalau dikumpulkan sekaligus jelas berat. Dari situ muncul ide seribu sehari," sambungnya.
Ide itu disampaikan dalam musyawarah warga dan langsung disambut antusias.
Enam RT yang berada di bawah RW 5 sepakat untuk mencoba.
Sejak hari pertama, petugas keliling mengunjungi 500–600 rumah setiap sore, menjemput iuran kecil yang membawa dampak besar.
“Dulu diperkirakan hanya separuh warga yang mau ikut, tapi ternyata sampai 90 persen ikut rutin. Kami sendiri kaget, ternyata semangat gotong royong warga masih tinggi sekali,” kata Ustaz Iri dengan senyum bangga.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: