Ketika RW di Tasikmalaya ini Tolak Program Baru KDM Demi Keberlanjutan Gotong Royong Mandiri
Warga RW 5 Kampung Sela Awi, Kelurahan Tuguraja, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya saat melakukan program Gerbu, Senin 6 Oktober 2025. rangga jatnika / radar tasikmalaya--
BACA JUGA:451 Perusahaan Daftar Program Magang Nasional, Peluncuran Magang Berbayar 15 Oktober 2025
Selain membantu memenuhi kebutuhan sosial, Gerbu membawa manfaat lain yang tak disangka.
Kunjungan harian membuat pengurus mengenal lebih dekat kondisi setiap keluarga.
Mereka tahu siapa yang sedang sakit, siapa yang kehilangan pekerjaan, bahkan bisa mendeteksi masalah rumah tangga.
“Gerbu bukan cuma gerakan iuran, tapi juga bentuk kepedulian sosial. Setiap hari kami saling menyapa, saling tahu kabar,” tuturnya.
BACA JUGA:Dari Bung Tomo Wafat hingga Hari Jadi Kota Yogyakarta
Namun, keberhasilan itu justru membawa tantangan baru.
Saat Kang Dedi Mulyadi (KDM) memperkenalkan program Sapoe Sarebu, gerakan serupa yang mendorong warga menyisihkan Rp 1.000 per hari, warga RW 5 justru menolak ikut.
Bagi mereka, program yang sudah berjalan baik tak perlu digandakan.
“Kalau ikut dua-duanya, berarti warga harus setor Rp 2.000 per hari. Kami khawatir justru memberatkan dan membuat bingung,” ujar Ustaz Iri.
BACA JUGA:Pendaftaran Bantuan Riset Indonesia Bangkit Dibuka Pertengahan Oktober 2025
Ia menegaskan, penolakan ini bukan bentuk penentangan terhadap pemerintah atau KDM, melainkan sikap realistis agar tidak terjadi tumpang tindih.
“Kami dukung niat baik siapa pun, tapi warga sudah punya sistem sendiri yang transparan dan dipercaya,” ujarnya.
Setiap pekan, laporan keuangan Gerbu diumumkan secara terbuka di khutbah Jumat dan pengajian ibu-ibu.
Warga tahu uang mereka digunakan untuk apa, dan berapa yang tersisa di kas.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: