Kalau ada Rp 1,5 miliar, cerita King Master, mereka simpan yang Rp 1 miliar untuk di hari akhir. Nanti akan dibagikan saja ke calon pemilih pasti Rp 100 ribuan.
Sedangkan dana Rp 500 juta dipakai untuk pertemuan-pertemuan dengan tim sukses dan relawan.
BACA JUGA:Tips Berolahraga Saat Puasa, Ini Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Agar Puasa Aman dan Olahraga Nyaman
Selain untuk biaya konsumsi juga untuk akomodasi. Memberi uang kehadiran dan transportasi.
Strategi Tusuk Sate kata dia, memang dipakai oleh yang memiliki calon DPR RI. Nanti mengajak yang DPRD Provinsi dan DPRD Kota/Kabupaten.
Strategi tusuk sate, tuturnya, lebih praktis. “Pemilih tidak bingung. Langsung pilih nomor yang paket tusuk sate itu.
Kalau yang sendirian atau tidak pakai jurus tusuk sate, nilai King Maker, sangat sulit untuk berhasil.
Sebab warga biasanya tidak mau repot memikirkan lagi siapa caleg di provinsi dan pusat.
BACA JUGA:Nokia N75 Max 5G Main Fanny Auto Straight Cable dengan Layarnya yang Sudah Super AMOLED 6.9 Inci
“Kalau tusuk sate Rp 150 ribuan plus sembako, beres. Warga pemilih tidak bingung, jadi nyoblosnya (di bilik suara) juga cepat,” tukas politisi berpostur tinggi besar itu.
Fenomena tusuk sate ini memang efektif. Buktinya seperti yang dikeluhkan Tintin Rostiningsih, mereka yang satu paket atau dalam tim tusuk sate, suaranya ikut terdongkrak.
“Jadinya caleg dan masyarakat (yang menerima uang) sarua gelona (sama gilanya),” protes Tintin Rostiningsih.
Tintin Rostiningsih juga menjadi caleg di dapil 4 Kota Tasikmalaya.
Dia kecewa sejak nomor urut pencalonan digeser dari nomor 3 ke nomor 11. Inilah gelagat tidak baik yang awal dia rasakan.
Makanya Tintin mengaku malas mengikuti perhitungan suara pasca pencoblosan.