Di Tasikmalaya Selatan, Kecamatan Cipatujah, trend uang serangan fajar dari caleg juga ditunggu warga.
“Dianterin ke rumah. Siang-siang. Per orang yang punya hak pilih Rp 50 ribu,” aku Akang, sebut saja namanya itu.
Sambil tertawa-tawa Akang becerita bagaimana dia dan kawan-kawan lainnya menerima uang dari caleg itu.
Begitulah kenyataan di Pemilu 2024 yang terpantau di Tasikmalaya. Baik Pilpres mauoun pemilihan legislatif.
Ada kejadian unik di wilayah Kota Tasikmalaya.
Salah seorang warga yang jadi koordinator untuk membagikan uang serangan fajar ke warga, eh dia kena damprat caleg.
Usai pencoblosan, ternyata di daerah pemilihan koordinator, suara caleg zonk alias nol.
Tidak ada warga yang memilihnya.
Caleg itu datang ke rumah kordinator. Dia memarahi koordinator karena suara caleg itu tidak ada.
Untungnya caleg gagal itu tidak minta koordinator itu uang serangan fajar dikembalikan.
Entah untuk di daerah lain. Apakah sama juga warga yang memiliki hak pilih menunggu serangan fajar para caleg.
Anda lebih tahu.
Hanya sekarang saya semakin paham. Kenapa Tintin Rostiningsih sampai pasang status begitu di statu Facebook.
Ternyata dia kecewa berat. Sebab partai yang dianggap akan jadi jembatan pengabdian kepada masyarakat ternyata tidak seperti harapan.
“Habis suara sama tusuk sate. Rp 150 ribuan. Kalau begini partai tidak akan berkembang,” gusar perempuan aktivis ini.
Menurut Tintin ada dikenal pola Tusuk Sate. Yakni dengan uang Rp 150 ribu itu paket DPR RI, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.