Analisa Gempa Pangandaran Menurut Badan Geologi, Ini Penyebab Tidak Terjadi Tsunami
BANDUNG, RADARTASIK.COM – Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyampaikan analisa gempa Pangandaran.
Gempa bumi terjadi pada hari Kamis tanggal 28 Desember 2023 pukul 05:43:54 WIB. Menurut informasi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), lokasi pusat gempa bumi terletak di Samudera Hindia pada koordinat 107,89 BT dan 8,11 LS.
Pusat gempa Pangandaran berjarak sekitar 93,5 km Selatan - Barat Daya Kota Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat dengan magnitudo (M 5,5) pada kedalaman 14 km.
BACA JUGA: Gempa Pangandaran Robohkan Atap Gedung KUA Kecamatan Cipatujah, Warga Berhamburan
BACA JUGA: Begini Update Situasi Pasca Gempa Pangandaran
Sedangkan berdasarkan informasi dari The United States Geological Survey (USGS) Amerika Serikat, lokasi pusat gempa bumi terletak pada koordinat 107,942 BT dan 7,794 LS dengan magnitudo (M 5,1) pada kedalaman 71,6 km.
Sementara data Geo Forschungs Zentrum (GFZ), Jerman, lokasi pusat gempa bumi berada pada koordinat 107,73 BT dan 7,85 LS dengan magnitudo (M 5,2) pada kedalaman 10 km.
Lokasi pusat gempa bumi terletak dekat dengan wilayah Pantai Tasikmalaya dan Pangandaran. Morfologi wilayah tersebut umumnya berupa dataran pantai yang dibatasi pada bagian utara dengan morfologi perbukitan bergelombang hingga perbukitan terjal.
Wilayah pada morfologi pantai tersebut pada umumnya tersusun oleh tanah lunak (kelas E) hingga tanah sedang (kelas D) dan pada bagian utara tersusun oleh tanah keras (kelas C).
BACA JUGA: Tahan Air Hingga 2 Jam Nokia C200 Pro 5G 2024 Spesifikasi Tinggi dengan Harga Murah
Wilayah ini secara umum tersusun oleh batuan berumur Tersier (berupa batuan sedimen, batu gamping dan rombakan gunung api) dan endapan kuarter berupa aluvial pantai, aluvial sungai dan batuan rombakan gunung api muda (breksi gunung api, lava, tuff).
Sebagian batuan berumur tersier dan batuan rombakan gunung api muda itu telah mengalami pelapukan. Endapan kuarter dan batuan yang mengalami pelapukan umumnya bersifat lunak, belum kompak, lepas dan memperkuat efek guncangan sehingga rawan gempa bumi.
Selain itu pada morfologi perbukitan bergelombang hingga terjal yang tersusun oleh batuan yang mengalami pelapukan, berpotensi terjadi gerakan tanah yang dapat dipicu guncangan gempa kuat dan curah hujan tinggi.