BACA JUGA:Berabad-abad Ada Mitos Orang Sunda dan Jawa Terlarang Menikah Setelah Tragedi Ini
Pas mereka sudah dewasa dan berkeluarga, pasangan sepuh itu tinggal berdua dan merasa sunyi.
Bapak dan ibunya Lusi tak keberatan. Selain gadis kecilnya juga mau, rumah mereka pun berdekatan.
Hanya terpisahkan jalan desa saja. Jadi tiap hari masih bisa bolak-balik ke rumah.
Malam saja tidurnya di rumah ‘tonggoh’ (atas). Ya, disebut ‘tonggoh’ karena letak rumah Aki Darta dan Nek Icih lebih tinggi dari jalan desa.
Sampai menamatkan SMA Lusi tinggal bersama mereka. Kasih sayang keduanya tumpah seperti kepada anak kandung sendiri saja.
BACA JUGA:Mitos Mengerikan! Penyebab Jembatan Jawa-Bali Tidak Bisa Dibangun
Lepas SMA Lusi ingin melanjutkan ke bangku kuliah. Tahu diri dengan kondisi keuangan orang tua, dan percaya diri dengan kemampuannya yang selalu meraih ranking di sekolah, dia ikut UMPTN.
Teman-teman sekelasnya saat itu banyak yang ikut bimbingan belajar (bimbel).
Lusi lagi-lagi harus tahu diri. Bapaknya tidak mampu membayar biaya bimbel yang mahal ukuran saat itu (sekarang juga tetap mahal loh).
Cerdas memang, tidak bisa bimbel dia pelajari soal-soal bimbel sahabatnya.
Sesekali bertanya juga apa saja materi bimbel. Sahabatnya yang memang dari keluarga cukup sangat baik.
Dia mau berbagi info apa saja yang dipelajarinya di tempat bimbel yang ngetop dan mahal itu.
Tiba waktu UMPTN. Lusi pamit minta doa ke bapak dan ibu, juga Aki Darta dan Nek Icih, agar diberikan kemudahan menjawab soal-soal ujian.
Paling penting lagi agar bisa lulus masuk perguruan tinggi negeri. Agar biaya kuliahnya murah sehingga terjangkau dengan gaji PNS bapaknya .