RADARTASIK.COM - Pada Selasa (18/7) sore, nilai tukar rupiah mencatat angka Rp14.999 per dolar AS.
Hal ini menunjukkan kenaikan sebesar 14 poin atau 0,09 persen dari perdagangan sebelumnya.
Kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor), juga menempatkan rupiah pada posisi Rp14.994 per dolar AS.
BACA JUGA: Siapa Sebastien Ledure, Pengacara Lukaku yang Membuat Inter Milan Sakit Hati
Secara umum, mayoritas mata uang di kawasan Asia menunjukkan pergerakan yang positif.
Yen Jepang menguat sebesar 0,26 persen, baht Thailand menguat sebesar 1,18 persen, won Korea Selatan menguat sebesar 0,51 persen, yuan China menguat sebesar 0,01 persen, dan dolar Singapura menguat sebesar 0,02 persen. Di sisi lain, peso Filipina melemah sebesar 0,04 persen.
Sementara itu, dolar Hong Kong stagnan pada penutupan perdagangan sore ini.
Namun, yang menjadi sorotan adalah penguatan nilai tukar rupiah.
Meskipun tidak terlalu signifikan, kenaikan tersebut memberikan indikasi positif bagi perekonomian Indonesia.
Seiring dengan hal ini, sejumlah faktor dan sentimen juga turut berperan dalam pergerakan mata uang ini.
Menurut analis pasar, Lukman Leong, penguatan rupiah terjadi seiring dengan pelemahan nilai tukar dolar AS yang dipicu oleh meredanya ekspektasi terkait prospek suku bunga The Fed.
Dolar AS sedang mengalami penurunan karena para pelaku pasar mulai menurunkan ekspektasi terhadap kenaikan suku bunga yang sebelumnya diantisipasi.
Meskipun penguatan rupiah memberikan angin segar, ada beberapa faktor yang menjadi beban bagi mata uang Indonesia ini.