“Biar saya pulang dulu. Nanti saya cari cara untuk membantu Baginda Raja,” pamit Abu Nawas ke para menteri.
Setibanya di rumah Abu Nawas berpikir gerangan apa yang harus dilakukan untuk membantu Baginda Raja.
Abu Nawas yakin Baginda Raja sedang memikirkan sesuatu tetapi tidakbisa diimbangi kondisi jiwanya.
“Ada pikiran yang bertolakan dengan nuraninya, Sepertinya ini masalah Baginda Raja,” gumam Abu Nawas dalam hatinya.
Besok harinya Abu Nawas pagi sekali pergi ke pasar. Umumnya pasar suasana pagi hari banyak orang beraktivitas.
Dia bikin heboh di pasar dengan tiba-tiba berteriak keras sekali. Membuat orang-orang memperhatikannya.
“Hai saudaraku semua. Adakah di antara kalian yang bisa memasukan gajah ke lubang jarum?”
Tawa para pengunjung pasar pecah mendengar ucapan Abu Nawas.
Mereka mengira Abu Nawas sengaja bersensasi saja dengan kejenakaannya.
“Ada-ada saja Tuan Abu Nawas ini. Mustahil unta bisa masuk ke lubang jarum,” seru salah seorang di antara pengunjung pasar.
“Tidak ada yang mustahil. Aku bisa kok. Malah anak kecil saja mampu melakukannya,” bantah Abu Nawas.
“Hahaha…kalau benar bisa coba tuan buktikan sekarang,” tantang orang-orang di Pasar serentak.
Abu Nawas tersenyum.
“Kalian penasaran ya. Saya memang bisa tapi tidak di hadapan kalian. Khusus harus di hadapan Baginda Raja,” ujar Abunawas sambil beranjak meninggalkan kerumunan orang-orang di pasar.
Abu Nawas tidak pulang ke rumah melainkan pergi ke keramaian lainnya.
Hal sama dia lakukan. Abu Nawas menantang orang-orang yang bisa memasukan gajah ke lubang jarum