Kedua, Muharam merupakan bulan Allah (syahrullah).
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim, Nasa’i, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda,
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمُ، وَأَفْضَلُ الصَّلاَةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلاَةُ اللَّيْلِ
”Puasa yang paling utama setelah Ramadan adalah (puasa) pada syahrullah Muharam. Dan salat yang paling utama setelah salat fardu adalah salat malam (tahajud).”
BACA JUGA: Kuota Haji Indonesia Tahun 2024 Berjumlah 221 Ribu Jemaah, BPKH: Proses Persiapan 16 September 2023
Imam Zamakhsyari dalam Faidh al-Qadir mengatakan, ”Bulan Muharam ini disebut syahrullah (bulan Allah), disandarkan pada lafazh jalalah ’Allah’ untuk menunjukkan kemuliaan dan keagungan bulan tersebut, sebagaimana pula kita menyebut ’Baitullah’ (rumah Allah) ketika menyebut Ka’bah atau ’Ahlullah’ (keluarga Allah) ketika menyebut Quraisy.”
Adanya penyandaran khusus terhadap bulan Muharam dan beberapa bulan lainnya (Rajab dan Ramadan) menunjukkan keutamaan bulan tersebut yang tidak ditemukan pada keseluruhan bulan.
Ketiga, dianjurkan puasa Tasua pada tanggal 9 dan puasa Asyura pada tanggal 10 bulan Muharam.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud bahwa Abdullah bin Abas RA berkata, ”Ketika Rasulullah SAW berpuasa para hari Asyura dan memerintahkan (kaum Muslim) untuk berpuasa juga pada hari tersebut, para sahabat menyatakan, ’Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari tersebut (Asyura) diagungkan oleh kaum Yahudi dan Nasrani’.”
Maka Rasulullah bersabda,
فَإِذَا كَانَ الْعَامُ الْمُقْبِلُ إِنْ شَاءَ اللهُ صُمْنَا الْيَوْمَ التَّاسِعَ
”(Jika demikian), pada tahun depan Insya Allah kita akan berpuasa pada hari kesembilan (tasua).”
Namun sebelum datang tahun berikutnya, Rasulullah keburu wafat.
Meski Rasulullah tidak sempat berpuasa pada tanggal 9 Muharam, sabda Rasulullah pada hadits tersebut tetap berlaku dan dilaksanakan oleh kaum muslim.
Dalam Fathul Mun’im terdapat satu hadits dari Hakim bin al-A’raj yang berkata, ”Aku pernah mendatangi Ibnu Abbas RA ketika ia sedang berbantal dengan selendangnya di dekat Zamzam, lalu aku berkata padanya, ’Beritahukanlah kepadaku tentang puasa Asyura’."