Seiring perjalanannya, tahun 2004 ada perubahan status legalitas lahan dari sebelumnya kawasan hutan produksi menjadi hutan lindung. Konsekuensinya mengakibatkan pembatasan pada pemanfaatan dan pengelolaan kawasan hutan.
BACA JUGA:ALHAMDULILLAH, Subsidi Kendaraan Listrik Akan Cair 20 Maret 2023
Buntutnya, aksi kucing-kucingan antara masyarakat dengan aparat dari Dinas Kehutanan, tak bisa dihidarkan. Soal kayu. Ya...kayu.
Gerakan menghijaukan kawasan hutan, pemanfaatan dan pengelolaan kawasan hutan terkendala. Minim dukungan dari masyarakat karena kecewa.
“Mulanya gerakan tersebut dianggap memupus harapan masyarakat. Karena masyarakat pada waktu itu masih berpikir bisa mendapatkan hasil dari apa yang mereka tanam,” kisahnya.
Perlahan kepercayaan tumbuh. Sudadi dkk, kukuh. Ide kecil lahir satu per satu. “Kami mendapat bimbingan dari beberapa pihak, termasuk Mas Hatono --kala itu Manajer Pusat Pengelola Penyelamatan Satwa di Kabupaten Kulon Progo, red--.”
BACA JUGA:Asyik, Wisata Citanduy Waterway Bakal Dibangun, Hadirkan Kuliner Terapung
“Tercetus bagaimana caranya agar orang mau datang ke tempat kami. Tekad itulah yang pada akhirnya membuat masyarakat turun bergotong royong membuat jalan, mempercantik kawasan secara swadaya,” kenangnya.
Pembangunan wisata alam akhirnya menguat. Pemanfaatan jasa lingkungan (jasling) atas dasar Izin Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan terlahir.
Tepatnya tahun 2008 silam. Izin Pemanfaatan Hutan Kemasyarakatan itu selama 35 tahun. Kepercayaan pemerintah kemudian tidak disia-siakan. Masyarakat termasuk kelompok tani bergairah.
Sudadi dkk membuat berbagai fasilitas mewujudkan kawasan wisata. “Gambaran ini semoga diikuti Taman Sungai Dumaring di Kabupaten Berau sana. Kami ikut bangga atas kedatangan bapak-bapak ke tempat kami,” ulasnya.
Kesamaan pandangan tokoh masyarakat Kampung Dumaring terhadap usaha masyarakat Kalibiru, menambah energi. Masyarakat Kampung Dumaring bertekad memaksimalkan kawasan wisata alam dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan (jasling) yang sudah mulai berjalan.
Pengelolaan dan pengembangannya mirip dengan Kalibiru, Yogyakarta. Begitu juga fasilitas-fasilitas di Kawasan Objek Wisata Kalibiru, menginsipirasi para pengelola di Taman Sungai Dumaring (TSD).
Obrolan soal kawasan wisata alam --dibangun atas inisiatif masyarakat sekitar hutan--, membuat suasana cair. Canda dan tawa menyelingi.
BACA JUGA:KEREN! Kesuksesan Program Kartu Prakerja Ditiru Kamboja
“Kami ingin agar hutan tetap tumbuh hijau dan lestari, kawasan wisatanya maju. Dan kami pasti bisa ketika bersatu,” sahut Suardi, tokoh Kampung Dumaring.