Di Situ Gede Ada Hash Imlek, Anwar dan Awun Rayakan 50 Tahun Persahabatan Beda Etnis

Minggu 05-02-2023,16:29 WIB
Editor : Tiko Heryanto

Kalau bersuami dua...dst

Waduh ini emak-emak. Nekad banget. Atau bentuk lain perlawanan kepada kaum lelaki kali ya? hahahaha. Sudah ya. Tidak perlu dibahas.

Fokus saya beralih. Saat melihat di kejauhan sepasang suami istri paling romantis di THHH, Ko Awun dan Bunda Mimi Liong. Ko Awun terlihat masih bermasker. Warna merah. Begitu mendekat, kami saling sapa. 

"Pagi Pak Dadan.  Senang kita bisa kumpul-kumpul begini lagi," ujar Ko Awun dengan senyum lebar. Saya pahami itu sebagai pancaran kegembiraan.

Gembira dong. Tiga tahun baru bertemu di momen hash lagi. Ko Awun ini, saya sapa khusus dalam mandarin: Laoshi (artinya guru). Hampir sepuluh tahun silam, saya  belajar taichi kepadanya. Suami istri itu memang hobi taichi. Ahli sekali. Sampai ikut kejuaraan dunia untuk kategori hobi. Selalu meraih medali emas. Tak terhitung lagi jumlahnya. 

Maka saya panggil laoshi. Walau beliau asalnya keberatan. Merendah, katanya panggilan itu belum pas. Sebab masih belajar. Taichi butuh sabar, tekun, ulet. Saya gagal di tiga hal itu. Hehehe.

Ko Awun dan Bunda Mimi, merupakan tokoh THHH. Termasuk pasangan suami istri Ko  Abung Sugianto alias Ko Licung dan istrinya Cik Alan Dwipangga, Chiu Herlina, Oki Candra, Cik Merri, William Denis, Mangir, Entis, Devi Fitriani, Shadu dan yang lainnya. Saya ikut sewaktu-waktu saja kalau senggang.

Mereka rutin setiap Hari Minggu melaksanakan run. Bergantian di tempat-tempat yang sudah jadi area hash. Kadang ada hash undangan ke luar kota. Gabung dengan hasher di kota setempat. Setiap tahun ikut juga hash skala nasional. 

Selama PPKM pandemi Covid-19, aktivitas THHH stop total. Memang ada juga beberapa anggota THHH yang tetap hash. Itu pun dilakukan sendirian. Atau dua orang. Jadinya tidak seru. Momentum pasca PPKM dicabut Presiden Jokowi akhir tahun 2022, THHH pun mulai aktif. Hash pertama momentum imlek ini.

**

Saya dan Laoshi Awun asyik berbincang. Membahas banyak hal. Terutama tentang keberagaman. Saya dan laoshi beda etnis. Saya Sunda, Laoshi Awun Tionghoa. Mayoritas anggota THHH memang etnis Tionghoa. Agama kami juga beda. Saya muslim. Laoshi Awun  nasrani.

Kami membahas situasi terkini. Laoshi merasa bahagia sebab bagi etnis Tionghoa sekarang bisa longgar. Imlek bisa diakui, pun seni barongsainya. "Kalau diakui kan kita juga makin cinta kepada negara ini," tutur Laoshi.

Sedang asyik berbincang. Dari arah pintu masuk ke Situ Gede muncul Ko Waway. Begitu mendekat, senyumnya tersungging lebar. Ko Waway menyapa kami. "Sekarang genap 50 tahun, Pak Dadan," ujar Ko Waway sambil tersenyum menatap saya. Sorot matanya saya lihat berbinar. 

Saya belum paham maksudnya. Sejenak saya pandangi wajahnya yang menebar senyuman. Mata jendela hati. Untuk kesekian kalinya saya percaya ungkapan itu. Seperti di dua mata Ko Waway. Memancarkan suasana hatinya yang saya yakini sedang gembira.

"Kami bersahabat sudah 50 tahun. Ya, tahun ini tepatnya. Kami bersahabat sejak kelas 1 SMA. Sampai hari ini," kata Ko Waway.

Oh...Ya, ya. Saya baru paham. Setiap hash kalau bertemu Ko Waway, Ko Awun dan saya, obrolan persahabatan selalu jadi bahan. Ternyata itulah 50 tahun persahabatan beda etnis.

Kategori :