Ibnu Shonnan
Indonesia tinggal menunggu waktu menjadi lebih besar. Anak-anak daerah sudah pada lahir kesadarannya. Lahir kreatifitasnya. Lahir ide-ide briliannya. Lahir akan pentingnya menjaga budayanya.
Arala Ziko
satu lagi dari Bayu, selain film, doi jg punya franchise chicken skak dan memang enak, sy sering kehabisan tiap beli menu chicken skak varian rasa tertentu. Bayu memang memiliki cara berpikir contrarian, di saat semua org menganggap film harus berbahasa inggris dan diperankan model/artis ternama agar sukses, nyata nyatanya tidak. ngomong ngomong soal aliran contrarian, para komentator di sini jg ada beberapa yg aliran seperti itu, tidak peduli apapun isi artikel harian.
Jokosp Sp
Bahasa JAWA memang harus di lestarikan. Sekitar tahun 1976 Mbah Buyut dulu bilang, boso jowo iku adiluhung, kudu diuri - uri. Dulu Pak De yang dinas di Dept Pertanian sering mbawa oleh - oleh tiap minggu majalah "Penjebar Semangat" yang isinya berita Bahasa Jawa. Dan di dalamnya ada yang saya rutin ikut belajar "Belajar Nulis Huruf Jawa". Dengan majalah yang cukup sederhana ukuran saat itu, dengan kertas agag warna buram dan tipis, namun isi sungguh luar biasa. Dan itu terbit dari zaman sebelum penjajahan sampai mungkin hari ini ? Maaf saya tidak dapat lagi kiriman dari kakak yang kebetulan beliaunya seorang Kepala SD di Sekolah sebuah Desa di Kabupaten Batang Jawa Tengah. Mudahan "Majalah Panjebar Semangat" masih lestari dan masih banyak pembaca setianya. Aamiin.......
firman ilyas
Titip pesan buat Bayu Skak.. serial lokadrama Lara Ati dilanjutin lagi donk.. dibuat serial lanjutannya.. tapi nanti tayangnya jangan tiap hari.. cukup 2-3 episode per-minggu..
Jimmy Marta
Waktu siang dirumah susun/ Penghuni banyak sudah pd pergi/ Aku emang pengin berpantun/ Tapi tak translet dulu biar ngerti. #Iso jowo little2..
Mirza Mirwan
Di bawah Bung Liang menyebut hanya ada satu "teaching hospital", UNPAD. Kita sudah punya 10 RS Pendidikan. UI, UGM, UNDIP, UNPAD, UNS, UNUD, UNIBRAW, UNAIR, UNHAS, UNRI. Tetapi untuk pendidikan dokter spesialis, "kuliah"nya tetap bukan di RS Pendidikan. Di UI, misalnya, ya di RSUP Cipto Mangunkusumo. Di UGM, tetap saja di RSUP Sardjito Untuk mengatasi kekurangan dokter spesialis dan pemerataannya, pemerintah bisa memberi beasiswa dengan perjanjian "bersedia ditempatkan di mana saja." IDI juga harus mengawasi para dokter senior yang membimbing residen. Nun dulu, konon, cerita bullying senior kepada residen itu tidak ada. Setidaknya begitulah yang dikatakan dua orang dokter spesialis kenalan saya yang sudah pensiun sebagai PNS.
Mirza Mirwan
Niatnya mau istirahat nggak komentar barang seminggu. Eh, pulang Dhuhuran iseng lihat kolom komentar masih ada yang terkait Tuhan Uang kemarin. Yang disebut "hospital base" Pak Mentri kemarin itu benar, memang. Pendidikan spesialis memang di rumah sakit, bukan di ruang kuliah. Tetapi yang mengeluarkan ijasah (sertifikat) kelulusan ya bukan RS-nya. Dalam kasus di Indonesia, ya fakultas kedokteran di mana calon dokter spesialis mendaftar. Di AS, hampir semua universitas yang punya fakultas kedokteran -- biasanya disebut "medical school" atau "school of medicine" -- mempunyai rumah sakit pendidikan. Tetapi jangan salah, meski RS Pendidikan, fasilitasnya tak kalah dengan RSUP Dr. Cipto atau RSPAD Gatot Subroto. Pembaca masih ingat cerita ttg. David Bennett Sr yang menjalani transplantasi jantung babi Januari 10 bulan yang lalu? Nah, itu terjadi di RS Pendidikan milik Fakultas Kedokteran Universitas Maryland. Nama resminya University of Maryland Medical Center. Prof. Bartley Griffith dan Prof. Mohammad Mohiudin yang menanganinya adalah guru besar di universitas tersebut, sekaligus praktisi bedah di Medical Center-nya. Tapi, anehnya, sertifikat spesialis bagi dokter di AS bukan fakultas kedokteran yang mengeluarkannya. Yang mengeluarkan adalah ABMS (American Boards of Medical Specialties) yang menjadi induk dari puluhan dewan spesialisasi kedokteran. Dari 52.000-an dokter spesialis di Indonesia mungkin ada yang lulusan AS. Ia lebih tahu soal itu.
D-D win
Dengan adanya film bahasa Jawa, orang non Jawa akan mengenal B. Jawa. Bagi orang Jawa yang nonton film Jawa(khususnya anak-anak) maka dampaknya akan membuat penonton nya sering menirukan kata kata misuh. Kata kata misuh seperti dancuk semakin populer. Seperti kata Jangkrik yang dipopulerkan beberapa pelawak itu juga. Anak-anak menganggap hal itu biasa karena mereka dengar dan muncul di film/tv/medsos. Sebenarnya dlm film/dagelan kata2 dancuk dan jangkrik itu menambah kelucuan, tetapi kalau ditirukan oleh anak-anak di lingkungan sekolah/masyarakat maka itu kesannya bukan lucu lg, dan tidak sopan. Ada baiknya tata bahasa nya dipilih yg lebih sopan