BALI, RADARTASIK.COM – Penanganan wabah penyakit dipandang perlu ditangani industri healthcare yang teringeritas dari hulu ke hilir. Sebab, hal ini menjadi kunci setiap negara untuk melewati menghadapi pandemi, termasuk Indonesia.
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury dalam diskusi panel dengan tajuk ”Healthcare Transformation and Developing Global Cooperation in Health” pada rangkaian Trade, Investment, and Industry Working Group (TIIWG) G20 State Owned Enterprise (SOE) Internasional Confrence: Driving Sustainable & Inclusive di Bali Nusa Dua Convention Center, mengatakan, dunia hingga saat ini masih terkotak-kotakan dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Sebab, setiap negara mencari jalan keluar masing-masing. ”Kita dulu pernah merasakan sulitnya mendapatkan masker, APD hingga vaksin,” ucap Pahala.
Lewat SOE Internasional Confrence, kata Pahala, menjadi bentuk penegasan komitmen BUMN Indonesia dalam mendukung dan menerapkan transisi energi serta menjalankan prinsip keberlangsungan energi untuk masa depan. Serta, menjadi bagian dari upaya menstabilkan perekonomian.
BACA JUGA: Hari Santri Nasional 2022, Wapres Sebut Tiga Doktrin untuk Santri Menuju Indonesia Maju
”Maka dari itu, kita perlu melibatkan pembicara internasional, mulai dari praktisi, akademisi, konsultan, perwakilan pemerintah, dan lembaga multilateral. Sebab, digitalisasi, transisi energi, inklusi keuangan, dan transformasi kesehatan akan menjadi elemen penghubung antarnegara,” paparnya.
Dalam talkshow yang dihadiri Director South and SouthEast Asia M Hari Manon, Senior Lead Investigator for Community Health University of Oxford, Anuraj H Shankar dan Neil Robinson, Sr. Division Chair Education, Mayo Clinical Collage of Madicine and Science, Pahala menegaskan, salah satu hal dari pandemi yang telah dipelajari adalah pentingnya membangun ekosistem layanan kesehatan yang lebih kuat di Indonesia.
”Indonesia, walaupun sekarang sudah kita kembangkan misalnya, Bio Farma adalah salah satu dari lima pengekspor utama vaksin dan itu sebenarnya terjadi bahkan sebelum pandemi,” jelasnya.
Meski demikian, ketika pandemi melanda, Indonesia harus saling bergantung dengan negara lain. Dengan begitu, keselamatan pasien secara global bisa teratasi.
BACA JUGA: G20 SOE Conference: Professor Harvard Jelaskan Peran BRI Sebagai Bank yang Kuat di UMKM
”Jadi saya pikir salah satu hal utama yang sebenarnya kita pelajari dari pandemi adalah bagaimana sebenarnya Indonesia dapat mengembangkan Kemandirian Kesehatannya dan kemudian menularkannya ke negara lain,” jelasnya lagi.
Pahala tidak memungkiri saat ini di Indonesia, misalnya, masih mengimpor sekitar 95 persen bahan aktif produk farmasi. Begitu pun sekitar 70 persen peralatan medis, juga masih diimpor dari negara lain.
”Sekitar dua juta orang dengan sekitar enam setengah miliar dolar sebenarnya dikeluarkan oleh Indonesia. Tapi sebaliknya, mereka tidak mendapatkan tingkat layanan kesehatan yang tepat di Indonesia,” urainya.
”Ini menjadi tantangan bersama. Dan SOE ini bisa menjadi jembatan penyelaras antarnegara dalam pengembangan transformasi kesehatan,” ujarnya.
BACA JUGA: 6 Kampus Negeri dengan Biaya Kuliah Murah, Ini Daftarnya