KOTA TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Pemecatan Suharso Monoarfa dari jabatan Ketua Umum (Ketum) Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dinilai bisa berdampak pada simpati para pemilih PPP di daerah. Terutama di Tasikmalaya yang menjadi lumbung suara partai berlambang Ka’bah itu.
Sebagaimana diketahui Suharso diberhentikan dari jabatan Ketum PPP berdasarkan Hasil Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) PPP. Muhammad Mardiono pun ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Ketum PPP.
Pengamat politik, pemerintahan, dan sosial Tasikmalaya, Asep M Tamam mengatakan pemecatan Suharso sedikit-banyaknya berpengaruh bagi perkembangan PPP di daerah. Khususnya Kota dan Kabupaten Tasikmalaya, yang memiliki dukungan tinggi terhadap partai berlambang Ka’bah tersebut.
BACA JUGA:Buntut 'Kiai Amplop' Suharso Monoarfa Diberhentikan dari Ketum PPP
”Terutama dalam konteks dinamika saat ini, saya kira apa yang terjadi di atas harus direfleksi. Kami tak tahu apakah PPP di daerah pro-Monoarfa atau properubahan, yang jelas tidak mesti berefek juga ada perbedaan di daerah,” tuturnya kepada Radar, Selasa, 6 September 2022.
Namun demikian, kata dia, PPP sudah berpengalaman dalam menyikapi beragam kompleksitas dan konflik internal dengan terus bertahan. ”Itu modal bagaimana dampak dinamisnya organisasi politik bisa diantisipasi ekses berlebihnya. Apalagi PPP kan sejak orba bertahan dengan kompleksitas dan konflik internal selalu bisa survive hingga saat ini,” ujarnya.
Dosen Institut Agama Islam Cipasung (IAIC) tersebut menganalisis pemecatan Suharso tampaknya atas keinginan para kader PPP sendiri. Mereka mengharapkan partai berlambang Ka’bah itu lebih maju.
BACA JUGA:Waduh! BBM Naik, Harga Ayam Potong Per Ekor Naik Rp 7 Ribu, Bagaimana Ini?
Di Tasikmalaya sendiri, kata Asep, pernah terjadi beberapa kali dualisme kepemimpinan di PPP. Namun konfliknya tidak meluas. Itu menandakan bahwa para motor penggerak parpol tersebut punya kematangan dalam mengelola konflik.
Salah satu gejolak di PPP Kota Tasikmalaya yang terjadi baru-baru ini, menurut dia, adalah perbedaan pengusungan figur untuk menjadi Calon Wali Kota Tasikmalaya 2024. Namun, hal ini juga bisa menandakan bahwa di PPP itu memiliki banyak figur yang layak maju ke Bale Kota.
”Sebenarnya bagi politisi yang andal, dinamika ini justru menggodok dan mengasah daya karakter politiknya. Namun, hari ini masa dan era disrupsi, medsos juga mesti dihitung eksesnya dalam menyimak isu dan opini yang berkembang, agar suara yang ada tidak tergerus bahkan bisa meningkat,” tuturnya.
Jadi apa yang mesti dilakukan kader PPP di daerah? Asep berpendapat kemajuan atau kekuasaan kadang membuat lengah. Justru konflik dan persoalan dapat membuat fokus. Dengan demikian, persoalan internal PPP itu harus dikelola dengan baik untuk menguatkan roda organisasi partai dalam meraih suara yang banyak.