RADARTASIK.COM – Konflik pemerintah China dengan etnis Uighur telah menelan banyak korban. Tidak sedikit masyarakat suku tersebut yang pergi ke luar negeri untuk menghindari persekusi dari pemerintahan Xi Jinping. Salah satunya Jevlan Shirmehmet yang memilih tinggal di Turki.
Pada awal Maret lalu, video Jevlan di Instagram dan Twitter, yang mencari keberadaan ibunya, Suriye Tursun, mendapat banyak perhatian. Termasuk dari netizen Indonesia.
Aktivis Uighur itu terputus komunikasi dengan keluarganya sejak Januari 2018. Dia pun kesulitan mencari kabar tentang keluarganya sejak tinggal di Istanbul.
Pada Desember 2019, Jevlan mendapatkan informasi dari relasinya tentang keberadaan keluarganya. Keluarganya dilaporkan ditangkap otoritas China dan dibawa ke kamp konsentrasi pada Mei 2018.
BACA JUGA: Fondasi Ekonomi Kerakyatan, Holding Ultra Mikro Tingkatkan Kesejahteraan Masyarakat
”Setelah setengah tahun, ayahku dan saudaraku telah dibebaskan. Namun ibuku masih berada di kamp konsentrasi,” ujar Jevlan ketika diwawancara Radar Tasikmalaya melalui Instagram chat pada 1 Agustus 2022.
Jevlan menyebut alasan otoritas China menangkap keluarganya karena dia sekolah di Turki. Pada 2013, ibunya sempat berkunjung ke Istanbul untuk menemuinya. Dan ternyata, pertemuannya dengan ibunya, juga dianggap sebagai sebuah pelanggaran hukum.
Jevlan mengungkapkan, menurut informasi, keluarganya dibawa ke kamp konsentrasi karena harus mengikuti pendidikan ulang.
Namun, menurut dia, ayah, ibu dan saudaranya, tidak perlu mengikuti re-edukasi karena sudah terdidik. Mereka juga fasih berbahasa China dan lulusan perguruan tinggi.
BACA JUGA: Bareskrim Tangkap Kasat Resnarkoba Polres Karawang, Disita Sabu, Pil Ekstasi dan Uang Tunai
Bahkan, ibunya adalah seorang pegawai negeri sipil di pemerintahan lokal. Lebih dari 30 tahun mengabdi. ”Keluarga saya salah satu contoh bahwa otoritas China itu bohong,” katanya.
Jevlan mengaku sangat khawatir dengan nasib keluarganya saat ini. Terutama, ibunya yang tak ada kabar sama sekali. Kehidupannya di Istanbul juga berubah drastis. Hidup seorang diri. Di setiap menjalankan aktivitas selalu teringat dengan keluarganya.
”Namun aku mencoba untuk berani, aku berusaha menjadi kuat. Lebih dari tiga tahun, aku berjuang untuk keluargaku,” ujarnya.
”Sangat sulit bagi saya, karena lebih dari lima tahun saya tidak dapat menghubungi keluarga saya,” ucapnya.
BACA JUGA: BNI Cabang Tasikmalaya Berikan Ambulans kepada Yayasan Pendidikan Islam Al Fatah Awingajajar Ciamis