Senja di Ujung Kuas Mak Iyah, ketika Payung Geulis Kota Tasikmalaya Kehilangan Panggungnya
Mak Iyah melukis Payung Geulis khas Kota Tasikmalaya dengan koas yang ia buat dari rambutnya sendiri. ayu sabrina / radar tasikmalaya--
TASIKMALAYA, RADARTASIK.COM – Di tengah riuh kehidupan modern Kota TASIKMALAYA, di sebuah rumah sederhana di Kampung Panyingkiran, masih ada suara lembut sapuan kuas yang bersahaja.
Suara itu berasal dari tangan renta Warkiyah -atau akrab disapa Mak Iyah- yang tetap setia melukis di atas kain payung geulis, meski usia sudah menembus delapan puluh tahun.
Cahaya redup menerpa wajah keriputnya, tapi setiap goresan tetap hidup.
“Kalau sudah megang kuas, rasanya kayak ngobrol sama masa lalu,” ucapnya lirih, tanpa menghentikan gerak tangan yang menghidupkan motif bunga di atas payung.
BACA JUGA:Belasan Siswa SDN di Singaparna Tasikmalaya Diduga Keracunan MBG, Nasi Goreng Dicurigai Basi
Mak Iyah adalah saksi hidup kejayaan seni payung geulis, ikon yang dulu membesarkan nama Kota Tasikmalaya hingga mancanegara.
Ia mulai melukis sejak duduk di bangku sekolah dasar.
Dari hobi kecil itu lahirlah ratusan karya yang pernah mengisi pameran nasional.
Bahkan, kuas yang digunakannya dibuat dari rambutnya sendiri.
BACA JUGA:Terbaru Harga Emas 22 Karat Hari Ini 17 Oktober 2025, Cek Harga Emas Antam
“Biar lentur dan nurut,” katanya, tersenyum kecil.
Namun kini, ruang untuk seniman seperti Mak Iyah semakin sempit.
Saat peringatan HUT ke-24 Kota Tasikmalaya digelar, tak ada lagi panggung untuk mereka.
Tak ada pameran, tak ada panggilan, tak ada pesanan massal seperti dulu.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber: