WOW.. Warga Jepang Juga Suka Rengginang Kota Banjar

WOW.. Warga Jepang Juga Suka Rengginang Kota Banjar

BANJAR — Salah satu camilan tradisional yang diburu jelang Lebaran yakni rengginang. Camilan khas masyarakat Sunda yang terbuat dari beras, beras ketan putih atau hitam ini digemari hingga mancanegara.


Di Priangan Timur, terdapat Sentra Rengginang Kota Banjar atau dikenal dengan Rengginang Purwaharja yang sudah menguasai pasar lokal hingga Jepang dan Turki.

Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya Nurcipto mengatakan, potensi kekuatan ekonomi rengginang yang ada di Sentra Rengginang Kota Banjar sangat besar. Kapasitas produksi mencapai 1.000 kg per hari.

“Dalam rangka mengembangkan produk unggulan daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Tasikmalaya bersinergi dengan Pemerintah Kota Banjar melakukan pengembangan Sentra Rengginang Kota Banjar,” katanya saat kunjungan ke Sentra Rengginang Purwaharja Kecamatan Purwaharja Kota Banjar, Jumat (7/5/2021).

Bank Indonesia memberikan PSBI berupa oven rengginang sebanyak 5 buah dengan kapasitas masing-masing 25 kg. Selain bantuan peralatan, Bank Indonesia juga sudah melakukan beberapa kegiatan pengembangan kepada Sentra Rengginang Kota Banjar di antaranya pelatihan pemasaran online, fasilitasi perpanjangan sertifikat halal dan fasilitasi Akses kredit (KUR).

Selain dari Bank Indonesia, Pemkot Banjar juga memberikan bantuan berupa bangunan tempat produksi dan showcashing produk rengginang dengan lokasi yang strategis di pinggir jalan raya sehingga memudahkan konsumen menjangkau.

Dengan berbagai kegiatan pengembangan yang dilakukan oleh Bank Indonesia dan Pemkot Banjar, kapasitas produksi bisa meningkat menjadi 2.000 kg per hari dan kualitas rengginang yang semakin meningkat karena tidak perlu mengandalkan sinar matahari untuk pengeringan.

“Pemasaran juga semakin meningkat dengan adanya showcashing serta promosi dari Pemkot Banjar. Bahkan Rengginang Banjar sudah melakukan beberapa kali pengiriman ke luar negeri. Saat ini kunjungan ke Sentra Rengginang Kota Banjar juga semakin meningkat seiring dengan adanya lokasi produksi yang terletak di pinggir jalan besar,” jelasnya.

Sekretaris Sentra Rengginang Purwaharja Wawat Herawati mengatakan, rengginang merupakan produk unggulan Kota Banjar yang sudah turun-menurun sejak dahulu kala. Meski termasuk camilan tradisional, namun rengginang ini semakin diminati pasar karena usahanya dikelola lebih profesional dan sudah terbentuk kelompok usaha.

“Kami mendapatkan dukungan dari Pemkot Banjar dan Bank Indonesia untuk mengembangkan produk khas rengginang ini. Bahkan rengginang sudah menjadi salah satu snack wajib untuk kegiatan di lingkungan Pemkot Banjar,” ujarnya. Pemasarannya awalnya secara manual yaitu pengiriman atau konsinyasi ke pasar-pasar tradisional dan toko oleh-oleh. Namun sekarang ditambah dengan pemasaran online.

Wawat menyebutkan, penjualan sebelum ada pandemi Covid-19 mencapai satu ton per bulan. Saat ini hanya tembus 5 kuintal per bulan.

“Namun penjualan untuk Lebaran ini laris manis, peningkatan penjualannya mencapai 50 persen,” katanya.

Menurutnya, keunggulan rengginang Purwaharja ini rasanya gurih, teksturnya renyah dan bentuknya yang mengembang.

Sekretaris Dinas KUKMP Kota Banjar Neneng Widia Hastuti menyebutkan, Pemkot Banjar sejak awal mendukung pengembangan produk khas rengginang ini karena potensinya besar. Produk sudah disalurkan ke pasar domestik dan luar negeri.

“Pengginang Purwaharja mampu mendongkrak ekonomi masyarakat,” ujarnya. Anggota sentra untuk saat ini ada 22 orang pelaku usaha renginang yang dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 50-70 orang.

Neneng mengatakan, seiring meningkatnya pamor dan permintaan rengginang Purwaharja, pengrajin rengginang Purwaharja mulai melakukan diversifikasi produk olahan.

“Selain mempertahankan rengginang rasa original dengan rasa utama terasi udang, para pengrajin mulai melakukan olahan lain dengan bahan dasar yang sama,” katanya.

Salah satunya ada rengginang coklat (Rakicok) dari bahan rengginang yang tidak terpakai, kemudian diolah lagi.

Untuk meningkatkan kualitas ragam produk olahan dari rengginang, lembaganya secara intensif memberikan pembinaan, kemudian pelatihan mulai produksi hingga persoalan penjualan atau pemasaran.

Selain itu, untuk mempertahankan citarasa produk rengginang Purwaharja, Neneng kerap mengingatkan pelaku usaha, untuk selalu menggunakan produk alami bebas dari bahan kimia yang membahayakan.

“Pewarna jangan menggunakan latek atau pewarna kain, cukup pewarna dari terasi saja,” ujarnya. (na)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: