Sutradara Indonesia, Nia Dinata Jadi Juri di Tokyo Festival Film Internasional 2024

BACA JUGA:Rangkuman Kronologi Kasus Ratu Sofya dan Cornelio Sunny yang Menjadi Sorotan Publik

Ia berbagi panggung dengan Mishima Yukiko, sutradara asal Jepang, untuk membahas masa depan pembuatan film di Jepang dan Indonesia. 

Nia juga berbagi sesi yang sama dengan Payal Kapadia, pemenang Cannes Grand Prix, yang merupakan orang India pertama yang meraih penghargaan tersebut. 

Hal ini menunjukkan bagaimana Nia Dinata tidak hanya mewakili Indonesia, tetapi juga berkontribusi dalam dialog global mengenai film dan seni.

Profil Nia Dinata

Nia Dinata dikenal luas sebagai sutradara yang berani menantang patriarki dan norma gender dalam film-filmnya.

BACA JUGA:Bayar UKT Bisa Lewat ATM BRI dan BRImo, Mahasiswa Bisa Nikmati Kelebihan dan Keuntungannya

Karya-karyanya seperti Arisan! (2003) dan Berbagi Suami (2006) menjadi contoh nyata dari keberanian tersebut. 

Selain itu, film Three Sassy Sisters (2016) ditayangkan perdana di Tokyo International Film Festival, yang menunjukkan perjalanan panjangnya dalam dunia perfilman.

Ia juga terlibat dalam produksi film-film terkenal lainnya seperti Janji Joni (Joko Anwar, 2005), At Stake (Omnibus, 2008), dan Madame X (Lucky Kuswandi, 2010). 

Nia Dinata tidak hanya berkarya, tetapi juga membimbing sineas muda Indonesia untuk menciptakan film-film berkualitas.

BACA JUGA:Agus Salim Melaporkan Pratiwi Noviyanthi Atas Dugaan Pemerasan terkait Dana Donasi

Keterlibatan Nia Dinata di Tokyo Festival Film Internasional 2024 merupakan prestasi yang membanggakan bagi industri film Indonesia. 

Melalui perannya sebagai juri dan pembicara, Nia tidak hanya mengangkat nama Indonesia di panggung internasional, tetapi juga membuka dialog penting tentang masa depan perfilman.

Sebagai salah satu sutradara terkemuka, Nia Dinata terus memberikan inspirasi bagi generasi sineas berikutnya untuk berkarya dengan semangat dan keberanian.

Sumber: