Warga Dumaring dan LPHD Pangalima Jerrung Belajar Kesiapsiagaan Bencana dari Tagana Kemensos RI
Pelatih utama Sukamsi (kiri) memberikan arahan kepada anggota LPHD Pangalima Jerrung saat pelatihan Kesiapsiagaan Bencana di objek wisata Taman Sungai Dumaring (TSD), pada hari Rabu, 21 Februari 2024.-Sandy Abdul Wahab-Radar Tasikmalaya
BERAU, RADARTASIK.COM – Warga Kampung Dumaring dan anggota Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Pangalima Jerrung mengikuti pelatihan Kesiapsiagaan Bencana yang diselenggarakan oleh Program Kolaborasi Konservasi Hutan dan Sungai Dumaring.
Pelatihan diselenggarakan di objek wisata Taman Sungai Dumaring (TSD) di Kampung Dumaring, Kecamatan Talisayan, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, pada hari Rabu, 21 Februari 2024.
Narasumber yang dihadirkan terdiri dari tiga orang, yaitu Sukamsi (pelatih utama), Agus Saptanudin (pelatih), dan Darmono (pelatih). Ketiganya berasal dari Taruna Siaga Bencana (Tagana) Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Tagana merupakan relawan sosial untuk penanggulangan bencana yang dibentuk oleh, dan berada di bawah pembinaan, Kementerian Sosial.
Selain aktif sebagai anggota Tagana, ketiganya merupakan penggiat restorasi dan konservasi mangrove di pantai selatan Jawa dengan nama lembaga KPL Pansela (Kelompok Peduli Lingkungan Pantai Selatan), yang tengah berada di Kampung Dumaring untuk melakukan restorasi mangrove sebagai bagian dari Program Kolaborasi Konservasi Mangrove Dumaring.
Sukamsi menyampaikan bahwa kesiapsiagaan adalah upaya mencegah atau mengurangi kematian, kehilangan, atau kerusakan akibat peristiwa alam dengan menyiapkan lembaga atau masyarakat yang terancam bahaya dan melakukan langkah-langkah pengamanan.
Kampung Dumaring sendiri, menurut Sukamsi, memiliki potensi bencana, seperti banjir, kemarau, kebakaran hutan dan lahan, serta potensi ancaman tsunami.
”Kebetulan Dumaring itu berbatasan langsung dengan laut lepas (Laut Sulawesi red.),” tutur penggiat konservasi mangrove asal Kebumen itu.
Menilik ancaman bencana tersebut, Sukamsi menilai, warga Kampung Dumaring mesti memahami cara-cara melakukan kesiapsiagaan bencana. Termasuk anggota LPHD Pangalima Jerrung yang punya tugas rutin melakukan kegiatan patroli dan pemantauan di Hutan Desa Dumaring.
Dalam pelatihan itu, Sukamsi menyampaikan tiga mekanisme penanganan bencana. Pertama, tahap prabencana. Kedua, tahap saat bencana. Ketiga, tahap pascabencana.
Untuk tahap prabencana, Sukamsi memaparkan enam hal yang mesti dilakukan. Pertama, memberikan informasi secara dini mengenai perubahan cuaca sesuai rekomendasi BMKG atau situasi tertentu yang patut diduga akan mengakibatkan bencana.
Kedua, mengadakan rapat-rapat koordinasi instansi terkait dalam rangka antisipasi penanganan bencana.
Ketiga, menginventarisasi potensi serta kemampuan aparat dan masyarakat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan bencana.
BACA JUGA:Melestarikan Hutan Mangrove Dumaring Kabupaten Berau, Warga Dilatih Tata Cara Menanam Pohon Bakau
Keempat, menginventarisasi sekaligus menyiapkan bahan-bahan penanggulangan bencana, seperti bantuan pangan, obat-obatan, alat berat, dan lain-lain.
Kelima, memberikan pelatihan penanganan bencana bagi aparat dan masyarakat.
Keenam, mengadakan sosialisasi kepada masyarakat.
Untuk tahap saat bencana, hal-hal yang mesti dilakukan di antaranya, pertama, melakukan evakuasi korban bencana, meliputi pencarian dan penyelamatan jiwa dan material.
Kedua, memberikan bantuan untuk korban bencana, meliputi tempat penampungan bagi pengungsi, bahan makan dan lauk pauk, sandang dan obat-obatan, dan lain-lain.
BACA JUGA:KUPS Madu Dumaring Budidayakan 3 Jenis Lebah Kelulut untuk Memproduksi Madu Alami
Ketiga, melakukan perbaikan sementara atas infrastruktur yang mengalami kerusakan dan dapat mengganggu aktivitas penduduk sehari-hari. Misal, pembuatan jalan darurat, pembersihan tanah longsor, pembuatan jembatan darurat.
Terakhir, hal-hal yang harus dilakukan pada tahap pascabencana di antaranya, pertama, melakukan inventarisasi kerusakan dan taksiran biaya rehabilitasi atau rekonstruksi dengan tingkat kewenangan, kemampuan daerah, dan situasi lain yang bersifat khusus.
Kedua, melakukan rehabilitasi atau rekonstruksi sarana dan prasarana yang bersifat permanen.
Ketiga, melakukan relokasi pemukiman penduduk jika diperlukan.
Sukamsi menyebut, Kampung Dumaring sudah memiliki sumber daya manusia (SDM) dan sejumlah lembaga yang menjadi modal dasar sebagai kampung tangguh bencana.
Lembaga-lembaga tersebut, antara lain, LPHD Pangalima Jerrung, Kelompok Tani Hutan (KTH), Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK), Karang Taruna, dan komunitas nelayan. ”Itu salah satu komponen SDM yang ada,” terangnya.
Selain itu, menurut Sukamsi, Kampung Dumaring juga memiliki dukungan dari dunia usaha. Keterlibatan perusahaan-perusahaan yang ada di kampung Dumaring bisa membantu kebutuhan penanggulangan bencana.
”Itu salah satu bentuk kesiapsiagaan sumber daya manusia dan organisasi,” ucap Ketua Tim Restorasi Mangrove Dumaring itu.
BACA JUGA:Makin Pede, Pemasaran dan Pengemasan Aren Kampung Dumaring Kian Lebih Baik
Kemudian, Sukamsi mengungkapkan bahwa Kampung Dumaring juga memiliki sumber daya alam (SDA) yang bisa bermanfaat untuk menjadi penopang kebutuhan penanggulangan bencana.
Seperti Sungai Dumaring yang jernih dan bersih. Air sungai tersebut bisa dimanfaatkan oleh masyarakat ketika kekurangan air di musim kemarau ekstrem.
”Kami lihat Sungai Dumaring sudah bisa mem-back-up kebutuhan masyarakat,” jelasnya.
SDA lainnya, menurut Sukamsi, Kampung Dumaring memiliki kawasan hutan mangrove di pesisir Teluk Berukang yang akan memberikan manfaat besar bagi masyarakat.
BACA JUGA:Kabar Baik Buat Madu Kelulut Kampung Dumaring, Dr Wida: Sebanding dengan Madu dari Luar Negeri
Maka dari itu, sisa pohon bakau yang terdegradasi akibat abrasi harus dijaga.
”Itu sumberdaya alam yang harus kita lestarikan, harus kita jaga, melalui kegiatan menanam mangrove sekaligus menjaga,” tuturnya. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: