Warga Dumaring dan LPHD Pangalima Jerrung Diajarkan Cara Melakukan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan oleh RS

Warga Dumaring dan LPHD Pangalima Jerrung Diajarkan Cara Melakukan Pertolongan Pertama pada Kecelakaan oleh RS

Tenaga medis RSUD Talisayan Fahruda Setya dan Emilia Wardani mempraktikkan cara melakukan kompresi jantung di hadapan anggota LPHD Pangalima Jerrung dan warga Kampung Dumaring dalam pelatihan P3K di objek wisata Taman Sungai Dumaring, pada hari Rabu, 21 F-Sandy AW-Radar Tasikmalaya

BERAU, RADARTASIK.COM – Warga Kampung Dumaring dan Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD) Pangalima Jerrung mendapat pelajaran sangat berharga dari tim medis RSUD Talisayan, Kabupaten Berau, mengenai tata laksana Pertolongan Pertama pada Kecelakaan (P3K).

Hal tersebut disampaikan dalam pelatihan P3K yang diselenggarakan oleh Program Kolaborasi Konservasi Hutan dan Sungai Dumaring di objek wisata Taman Sungai Dumaring (TSD), pada hari Rabu, 21 Februari 2024. 

Narasumber yang dihadirkan dari RSUD Talisayan adalah dr Ferry Cahyanto beserta tenaga medisnya, Fahruda Setya dan Emilia Wardani.

Tampak hadir dalam kegiatan itu Nandang Mulyana, Koordinator Program Kolaborasi Konservasi Hutan dan Sungai Dumaring, dan tim pelaksana program dari Yayasan Belantara. 

BACA JUGA:LPHD Pangalima Jerrung dan Warga Dumaring Diberi Pemahaman tentang Snake Awareness, P3K, dan Kedaruratan

Dalam pelatihan tersebut, dr Ferry Cahyanto menyampaikan materi tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD). BHD adalah pelatihan dasar yang wajib diketahui oleh semua orang awam. Bukan hanya tenaga kesehatan saja. 

BHD merupakan serangkaian tindakan darurat yang dirancang untuk menyelamatkan hidup seseorang yang mengalami kondisi medis yang mengancam nyawanya. Misal, henti jantung.

Henti jantung adalah kondisi gawat darurat karena dapat terjadi secara mendadak dan membutuhkan penanganan cepat. Jika tidak dilakukan bantuan hidup dasar segera, korban dapat meninggal. ”Henti jantung bisa terjadi pada siapa saja, kapan saja, dan di mana saja,” ucap dr Ferry Cahyanto saat diwawancara Radartasik.com.

Masyarakat yang pergi ke hutan, menurut dia, juga punya risiko mengalami serangan jantung. Maka dari itu, anggota LPHD Pangalima Jerrung—yang rutin melakukan kegiatan patroli dan pemantauan di Hutan Desa Dumaring, dan warga Kampung Dumaring, saat melakukan patroli dan pemantauan di Tanah Ulayat Patiraja, di sempadan sungai yang telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi kampung, ataupun kegiatan lainnya di ladang atau kebun—mesti memahami tata cara melakukan BHD.

BACA JUGA:Melestarikan Hutan Mangrove Dumaring Kabupaten Berau, Warga Dilatih Tata Cara Menanam Pohon Bakau

Langkah awal untuk menangani henti jantung, menurut dr Ferry Cahyanto, adalah aman diri, aman pasien, dan aman lingkungan. Setelah itu, cek kondisi kesadaran pasien. Kemudian, cek nadi karotis. ”Setelah (pasien, Red) dipastikan tidak sadar, langsung dilakukan kompresi jantung dengan perbandingan 30 banding 2,” ujarnya.

Menurut dr Ferry Cahyanto, dalam 1 menit, kompresi jantung bisa dilakukan 100 kali. Setelah melakukan kompresi, buka jalur napas pasien. Jika pasien belum menunjukkan respons, penolong bisa memberikan napas buatan melalui mulut. 

Langkah kompresi jantung tersebut dilakukan secara berulang setiap 2 menit sampai 5 siklus. ”Kalau sudah 5 siklus, dicek ulang nadi karotisnya apakah masih teraba atau enggak,” ucapnya.

Jika nadi karotisnya masih tidak teraba, sambung dia, kompresi jantung dilakukan kembali dengan pola yang sama. Kemudian, jika penolong pasien sudah merasa kecapaian, petugas medis yang dihubungi sudah datang ke lokasi kejadian, atau pasien sudah sadar kembali, kompresi jantung boleh dihentikan. (*)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: