Jelang ke “Benua Kangguru”, Dr Aqua Dwipayana Sempatkan Sharing Komunikasi dan Motivasi di Rakernas Gokasi
--
Dr Aqua Dwipayana sangat senang bersyukur dan senang sekali menerima amanah dari Marciano.
Di tengah jadwalnya yang padat akan memprioritaskan kepercayaan tersebut.
"Terima kasih banyak Pak Marciano untuk semua amanahnya. Insya Allah saya optimal melakukannya," pungkas Dr Aqua Dwipayana.
Aliran dalam karate
Seni bela diri karate yang berasal dari ”Negeri Sakura” Jepang tidak berbeda jauh dari seni bela diri pencak silat yang berasal dari Bumi Nusantara kita.
Seperti pencak silat yang terdiri atas berbagai aliran dan perguruan, karate yang mulai berkembang pesat di Indonesia pada 1960-an itu masuk ke Tanah Air dengan membawa aliran sendiri-sendiri.
Pada 1972, berbagai perguruan karate bergabung ke dalam Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI).
Meski jumlah perguruan banyak, tetap masih dikenal adanya ”aliran” yang menjadi penuntun utama.
Ada empat aliran besar yang kemudian jadi patokan bagi Federasi Karate Dunia (WKF) untuk melaksanakan setiap kejuaraan yang mereka gelar.
Keempatnya adalah aliran shito-ryu yang merupakan dasar dari perkembangan karate pada masa awalnya.
Aliran ini lebih mementingkan kelembutan dalam setiap gerakan.
Di dalam FORKI, perguruan yang menganut aliran shito-ryu, antara lain, Shindoka dan Gabungan Bela diri Karate-Do (Gabdika) Shito-Ryu Indonesia.
Kemudian, ada aliran goju-ryu yang hampir sama dengan shito-ryu. Hanya, aliran goju-ryu lebih menekankan pada gerakan kombinasi antara kelembutan dan kekerasan.
Goju-ryu juga unggul dalam seni pernapasan atau sanchin. Goju-Ryu Karate-Do Shinbukan Seluruh Indonesia (Gokasi), Gojuryu Karate-Do Indonesia (Gojukai), dan Gojuryu Association (Goju Ryu Ass) adalah contoh perguruan penganut aliran goju-ryu dalam FORKI.
Berikutnya aliran shotokan yang mengglobalkan seni bela diri karate lewat guru besarnya, Gichin Funakoshi, lalu turun kepada Masatoshi Nakayama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: