Petualangan ke Kampung Dumaring, Menyingkap Kekayaan Budaya dan Alam di Ujung Timur Indonesia (1)

Petualangan ke Kampung Dumaring, Menyingkap Kekayaan Budaya dan Alam di Ujung Timur Indonesia (1)

Tim Ekspedisi Kampung Dumaring Soni Herdiawan, Tiko Heryanto, dan Sandy AW bersiap menyeberang menaiki perahu ketinting di Dermaga Apung Pelabuhan Rajanta, Kamis 3 Agustus 2023. istimewa--

BACA JUGA:Targetkan Zero Stunting, Apa Saja yang Dilakukan Kota Banjar?

Rute darat-laut dihindari demi perjalanan yang lebih efisien. Tim memilih jalur darat-udara-perairan.

Perjalanan dimulai dari Jalan SL Tobing, Cihideung, Kota Tasikmalaya, menuju Bandara Internasional Sultan Aji Muhammad Sulaiman Sepinggan, Balikpapan, melalui Bandara Internasional Soekarno–Hatta.

Penerbangan pertama menggunakan Batik Air pada Kamis 3 Agustus 2023 pukul 03.55 WIB menuju Bandara SAMS, dengan waktu tempuh sekitar 2 jam.

Kali kedua terbang dari Bandara SAMS, tim menggunakan Wings Air menuju Bandar Udara Kalimarau pukul 08.20 WITA. Dua perjalanan udara ini membawa tim mendekati tujuan akhir.

BACA JUGA:Tak Kenal Lelah Berkeliling Nusantara, Dr Aqua Dwipayana Siap Paparkan Teknik Komunikasi di Itjen Kemenkumham

Di Bandara Kalimarau, tim disambut oleh udara panas 34 derajat celcius, terasa berbeda dari rata-rata suhu 25-30 derajat di Kota Tasikmalaya. Beruntungnya, kendaraan tak perlu dicari karena mobil taksi telah disiapkan oleh mitra kerja.

Namun, perjalanan tak berakhir di darat. Sopir taksi membawa tim ke Dermaga Apung Pelabuhan Rajanta untuk menyeberang.

Ketinting menjadi pilihan penyeberangan, mengingat Jembatan Sambaliung sedang ditutup. Setelah menempuh penyeberangan selama 10 menit, tim akhirnya tiba di tempat yang diorder untuk perjalanan darat selanjutnya, di Jalan Kuran.

Perjalanan darat dari Jalan Kuran ke Kampung Dumaring memakan waktu 4 jam, menempuh jarak 230 KM. Rute yang bervariasi, dari aspal hingga tanah, membutuhkan kesabaran dari para penumpang yang menaikinya.

BACA JUGA:Pertama Kali Pesawat Diterbangkan, Hari ini di Masa Lalu

Setelah makan siang di tengah perjalanan, tim menemukan keberagaman suku di perkampungan. Salah satunya adalah Suku Sunda, yang menjadi inspirasi untuk makan siang di rumah makan Sunda.

Rumah makan tersebut memiliki menu yang familiar bagi tim ekspedisi asal Jawa Barat: ayam goreng, semur jengkol, udang, perkedel, sayur daun singkong, sayur asam, tempe, tahu, sambal goreng tempe, lapis daging sapi, sambal, dan lain-lain. Ragam minuman juga tak kalah menarik, dari kelapa muda hingga es teler.

Perjalanan berlanjut hingga tim tiba di mes di Jalan Mulawarman, tepat di seberang Gereja Katolik St. Yosep Dumaring. Segelas kopi arabika tanpa gula dari Bang Tiko menemani perbincangan tim, membahas rencana silaturahmi dengan tokoh kampung dan adat setelah magrib.

Silaturahmi di hari pertama di Kampung Dumaring menjadi fondasi penting sebelum tim menjalankan tugas jurnalistiknya. Momen tersebut memungkinkan tim berinteraksi dengan para tokoh kampung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: