Terimakasih Polairud Polres Tasikmalaya, Nelayan Banten Akhirnya Dipulangkan

Terimakasih Polairud Polres Tasikmalaya, Nelayan Banten Akhirnya Dipulangkan

Tim Polairud Polres Tasikmalaya dan Tim dari Banten saat melihat situasi korban sebelum dipulangkan ke kampung halamannya di Lebak, Banten.-polairud polres tasikmalaya for radartasik.com-

Update yang diperoleh Satpol Airud Polres Tasikmalaya, tim penjemputan masih dalam perjalanan. 

“Sudah ada koordinasi, baik dari Unsur TNI AL, Basarnas, termasuk Kantor Syahbandar dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas I Banten. Mereka sedang dalam perjalanan,” ungkap Kasatpol Airud AKP Hari Sakti, kepada radartasik.com, tadi petang. 

Kasatpol Airud menjelaskan, kondisi nelayan Banten itu terus membaik dan kini masih mendapat pengawasan dari anggotanya dan tim medis Puskesmas Cipatujah. Sebelumnya nelayan asal Kampung Jati Banten, Makmur (63) setelah enam hari terombang-ambing di lautan.

BACA JUGA:MODAL PERSIB JUARA Liga 1 2022/2023, Disebut Pelatih PSIS Semarang, Bisa Mengulang Kejayaan Era Djanur 2014

“Korban sebelumnya sempat sesak dan lemas. Kini sudah bisa diajak ngobbrol. Apalagi usianya sudah tua dan terdampar bahkan sampai kehabisan bekal dua hari tidak makan dan minum,” ulasnya.

Sementara Kanit Patroli Satpol Airud Polres Tasikmalaya Aipda EF Joni menambahkan, korban mulai menceritakan pengalamannya selama enam hari terombang-ambing di lautan. Kepada dirinya korban mengaku tersesat atau kehilangan arah kendali.   

Hal itu diketahui dari kapal yang digunakannya telah kehabisan bahan bakar. “Korban membawa bahan bakar 30 liter. Itu kebiasaannya saat melaut. Dan bahan bakar yang dipakai juga biasa habis 15 liter atau maksimal itu 20 liter. Nah dia sadar kesasar, itu karena bahan bakar menipis bahkan sampai habis,” ungkap Joni kepada radartasik.com saat dihubungi melalui sambung telepon. 

Sadar telah kesasar, sambung Joni, korban menghubungi keluarganya melalui sambungan telepon selular. Kala itu korban meminta bantuan. 

“Jadi setelah kehabisan bahan bakar, korban akhirnya menghubungi keluarganya. Sehingga saat itu menurunkan jangkar sambil menunggu bantuan,” kisahnya menirukan cerita Makmur.

Sayangnya, sambung Joni, rantai jangkar terputus karena terpaan angin dan ombak besar. Korban kemudian mulai terombang-ambing. 

BACA JUGA:BEDAH TAKTIK PERSIB: Luis Milla Jenius, Strategi Permainannya Kerap Berubah, Sulit Ditebak Lawan

“Tapi saat itu korban masih bisa menghubungi keluarganya. Dan melaporkan kondisi terkini sampai terombang-ambing itu,” sambung dia. 

Hari demi hari dilalui Makmun sambil sesekali melepaskan tali pengikat pada sebuah karang atau bebatuan yang dilintasi. Sayangnya usaha itu terus gagal. 

“Sampai pada akhirnya dua hari dan dua malam itu korban tidak makan dan minum. Kindisi fisiknya makin lemas. Hebatnya, korban terus berjuang,” tutur Joni.   

Nasib nahas kembali mendera Makmur ketika ponsel yang dibawanya mulai habis batre. Dia tidak bisa mengabari kondisi dan posisinya ada di mana. “Namun korban berusaha agar kapalnya ke tepian. Dan di perbatasan perairan Cipatujah-Cikalong, korban tergulung ombak dan sempat terjatuh,” terang Joni. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: