Ancaman Gocapan
--
Mirza Mirwan
"Perancis napa Argentina, Pak?" tanya Udin, tetangga saya yang tukang batu, seusai jamaah Isya. Udin, yang nama di KTP-nya memang Udin, itu memang pecandu siaran bola di TV. Langsung atau tunda. "Perancis, Mas," jawab saya. "Kok Perancis, Pak, mboten Argentina mawon?" "Ora! Mbuh menang mbuh kalah pokoke Perancis!" "Kula njagokke Argentina, Pak." Ternyata jagoan Udin yang menang. Padahal saya menjagokan Perancis itu berdasarkan pertimbangan berikut: * Kedua tim diisi pemain yang hampir sama dengan yang berlaga di Piala Dunia 2018 di Rusia. * Pada 2018 itu kapten tim Perancis adalah Hugo Llorist yang penjaga gawang itu, sedang kapten tim Argentina Lionel Messi. * Pada 2018 Messi dan timnya ditekuk Perancis di babak 16 besar dengan skor 4-3. * Di Qatar Hugo dan Messi masih sama-sama menyandang ban kapten. Eh, di laga pertama Argentina sudah kalah dari Arab Saudi. Meskipun kemudian Perancis juga sempat dikalahkan Tunisia. * Perancis datang ke Qatar dengan status juara bertahan. Di final berhadapan dengan Tim yang sama yang pernah dikalahkan empat tahun sebelumnya. Begitu 120 menit selesai dan skor tetap 3-3, perasaan saya sudah tidak enak Hugo Llorist biasanya salah antisipasi bila menghadapi tendangan penalti. Dan begitulah, penendang kedua dan ketiga Perancis juga, meminjam istilah Pak Sabarikhlas, goblik. Maka Messi, sebagai kapten, sudah sejajar dengan Diego Maradona dan Daniel Passarella, bisa memenangi Piala Dunia buat Argentina.
Agus Suryono
KATA SIMBAH.. Selama peristiwa Kanjuruhan penyelesaiannya abal-abal. Penyebab masalah tidak ditangani dengan benar. Penanganan hanya selesai sampai "yang penting tidak gaduh lagi". Maka DUNIA sepakbola tetap akan jadi milik DUNIA. #Indonesia, rakyat - pejabat - dan para pemain, cukup NOBAR saja..
Jhelang Annovasho
Saya pernah berbincang dengan anak FIK. Fakultas Ilmu Keolahragaan. Saya tanya, memang kenapa kita olahraga sepakbola kalah melulu (atau tidak pernah kalah melawan Argentina, versi cak Lontong)? Jawabnya seperti sudah diujung kepasrahan: nasib. Secara fisik kita kalah. Daya tahannya rendah. Tubuhnya pendek. Larinya ndak kenceng. berpikirnya lambat pula. Kemudian dia punya ide yang brillian. Ide ambisius. Meminta bantuan kawan genetika meneliti dan membuat gen unggul. Gen unggul diwujudkan menjadi manusia unggul, tim unggul. 14 orang anggota tim unggul untuk menjadi kesebelasan sepakbola. Katanya hanya dengan cara itu sepakbola kita bisa kalah melawan Argentina. Maksudnya siapa tahu akan bertanding dengan Argentina meskipun kalah. Pada ujung pembicaraan saya menilai kawan ini sedikit halu. Masih banyak yang bisa dibenahi, kok malah mikir yang sulit dilakukan. Meskipun yang bisa dan banyak itu juga sulit. Tapi badminton bisa. Kenapa sepakbola tidak?
Lukman bin Saleh
Semoga perusuh Disway yang sudah tenggelam macam Paul Ivan, Anak Alay, tau Ummi Hilal membaca undangan Abah. Alangkah bahagianya Abah jika bertemu mereka, lebih2 jika bertemu Ummi Hilal...
DeniK
Kalau susah juara. Aturan nya yang di rubah . Dengan kekuatan uang tentunya. Contoh jam tayang liga Inggris mengikuti jam Asia. Krn Asia sumber uang bagi mereka.
Mahmud Al Mustasyar
Tenang bro !!! Setelah menjadi tuan rumah olimpiade 2036 di IKN nanti; akan dilanjutkan dgn menjadi tuan rumah world cup 2038. Mudah² an saja Indonesia bisa lolos dan akan menjadi juaranya. Meskipun semua itu, ternyata hanyalah mimpi dan khayalan orang bangkotan spt sy.
Erwan Saripudin
Rakyat Argentina telah merdeka dalam waktu yang sangat lama, umur 212 tahun. Saking tuanya negara itu menurut saya patut dipersandingkan dengan umur yang sama pada cerita yang dikisahkan oleh Sebastian Tito dengan kapak maut 212 nya, rakyat yang berkumpul di bawah tugu yang tinggi itu juga mengingatkan saya tentang geger 212 di jakarta yang berkumpul di sekitar masjid Istiqlal pada waktu itu. Negara semakin merosot ekonominya, tetapi rakyat dan pemain bolanya semakin bijaksana, dalam artian pandai berbagi dan memenangkan pertandingan dengan tidak menghina dinakan lawannya. Pemain Argentina pandai berbagi, hal ini terbaca saat dengan sengaja memenangkan kesebelasan Kerajaan Arab Saudi sehingga pemain dalam keseblasan KSA di hadiahi masing masing 1 unit Rol Royce. Banyak yang mengatakan hadiah itu dari Pangeran MBS, tetapi sesungguhnya itu adalah kemurahan hati pemain Argentina dimana Messi menjadi kaptennya. Kedua, Argentina dapat saja menang telak 3 - 0 atas Prancis, tetapi pemain tanggo itu tahu kalo begitu banyak pendukung di bawah naungan Eifel yang kecewa berat dan menjadikannya sebagai hukuman psikologis bagi para pemainnya. Messi dkk tidak melakukan itu, ia memilih adu finalti yang mengibaratkan permainan bola bukan urusan kepandaian menggocek bola, oper kiri kanan oleh gelandang, atau mematahkan serangan lawan. Bola harus difahami sebagai permainan keberuntungan seperti mata koin mana yang dipilih untuk mengawali sepakbola, begitu juga pengusaiannya.
Pryadi Satriana
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: