Radikal Shofa

Radikal Shofa

--

CHD menampilkan foto DR.dr Karina yang cantik dengan rambut ikalnya.Bisa jadi ikal itu memang original dan bertambah keriting lagi berkat terapi PRP. Pengalaman 5 tahun lalu terapi PRP dan ternyata bagus hasilnya.Jadi pengin coba juga terapi Protein- Sel nya drh Yuda. Siapa tahu bertambah lincah dan gesit. Dan beruntung bisa dapat injeksi protein sel sebelum diundang Agro Wisata di Agrinex, Banten. Jadi bisa sedikit riya dan dengan lahap memakan buah buahan disana. Terutama buah Maprang ( mango plum, Bouea macrophylla Griff, gandaria ) yang enaknya aduhai. Buah eksotik itu bisa dimakan sama kulitnya. Sayang, tidak selalu tersedia di Week End Market CHATUCAK, Bangkok. Kepada manteman yang masih ragu ragu dengan Terapi PRP. Bisa baca di Kompasiana : Terapi PRP di Klinik NMW, Jakarta. Biaya terapi PRP di setiap rumah sakit umumnya berbeda.Jadi pandai pandai lah cek harganya. Dan sampai hari ini biaya Terapi PRP belum dicover oleh industri asuransi. Dianggap masih merupakan pengobatan experimental. Kalau PRP saja tidak dicover asuransi tentu Injeksi Protein sel juga sama. Memang, kalau mau sehat dan tambah perkasa pasti ada harganya.

Haruntri Purnomo

Setelah Dr.Purwati dari Surabaya,Drh.Yuda dari Magelang,Dr Karina dari Jakarta ada juga Dr.Indah Yulianto dari Surakarta. Empat kali anak saya yang Cerebral Palsy suntik di klinik InYu,Solo.Setelah Suntik pertama,anak saya bisa minum pakai sedotan dari susu kotak.Hasil yang luar biasa untuk anak saya yang sebelumnya susah minum. Waktu mau suntik yang kelima terhalang 'lock down' karena pandemi.Selanjutnya 'terhalang'karena biaya yang belum terkumpul kembali. Biaya sekali suntik seharusnya Rp 7,5 juta.Anak saya dapat keringanan jadi 6 juta. Terimakasih Dr.Indah,semoga semakin memberi manfaat kepada masyarakat terutama yang benar benar membutuhkan tetapi terhalang biaya .

Mirza Mirwan

Untuk Mbak Fiona. Maaf baru sempat baca. Tentang Dr. dr. Karina, SpBP, pernah ditulis dalam CHD (seingat saya) tiga kali -- judul yang saya ingat hanya "Cobaan Karina" -- di tahun 2021. Tentang "sekratom". Saya yakin Pak DI salah dengar. Yang dimaksud Dr. Karina adalah "sekretom" (secretome). Istilah sekretom itu diciptakan oleh Harold Tjalsma dari Institut Ilmu Biomolekuler dan Bioteknologi Universitas Groningen, tahun 2004. Sekretom adalah "all factors secreted by the cell along with the constituents of the secretory pathway" -- semua faktor yang disekresikan oleh sel bersama dengan konstituen dari jalur sekresi. Tetapi definisi sekratom itu lantas direvisi tahun 2010 menjadi lebih spesifik: "the proteins which are secreted into the extracellular space" -- protein yang disekresikan ke dalam ruang ektraselular. Pengertian "sekresi" sediri adalah proses membuat dan melepaskan substansi kimiawi dalam bentuk lendir (mucus) yang dilakukan oleh sel tubuh dan kelenjar. Hanya itu yang saya tahu. Saya tak berani menjelaskan, karena saya tak punya kompetensi dalam bidang sainstek, termasuk kedokteran. Dari membaca, saya sedikit tahu. Tetapi tak punya kompetensi untuk memberi penjelasan. Takut menyesatkan.

yohanes hansi

Regulasi kalah cepat dengan penelitian. Saya pikir pemerintah yang harus menyediakan payung hukum agar inovasi bangsa tidak terhambat. Khan lucu, mau memajukan bangsa tapi kena masalah hukum. Jika demikian, buat apa inovasi? Akhirnya impor melulu. Seandainya masyarakat dipancing untuk berinovasi, diberi payung hukum, dibantu pendanaan, saya yakin Indonesia mampu bersaing dengan negara maju. Sepertinya lembaga riset nasional dan pemerintah wajib baca Disway dari judul hingga komen para perusuh.

Leong putu

"Mengapa tidak pernah memberi istri bunga" tulis Pak DI. Hmmmmm.... Ini jelas pernyataan merendah di atas gunung Semeru. Mungkin maksud Pak Bos tidak pernah memberi kembang ke Bu DI. Bagi saya, perusuh ini, hanya mampu memberi kembang. Kembang Mawar saat ultah pernikahan. Kalau bunga ? Hmmmm...saya yakin belum. Lhaaa wong bunga Rp.1.726,- tapi admin Bank Rp.15.000,-. Jadi saya belum pernah memberikan bunga ke istri. Kalau Pak DI ? yaaa pasti sudah lah... Berdasar LHKPN 2010 saat menjadi sesuatu dulu, harta Pak Bos sekitar Rp. XX, X miliar.. Jadi bunganya bisa dikira-kiralah berapa ? Pasti diantara sekian itu ada yang mengasilkan bunga....Wkwkwk.. Jadi saya yakin Bu DI sudah menerima bunga...hahaha... Sekarang, saya tantang Pak Bos kalau berani. Membawakan bu DI kembang. Apa lagi yang sarat dan ketentuan berlakunya telah dilalui. 4 bulan 10 hari. Wkwkwkwk... Wani ?

Kliwon

Dari testimoni para pasien, suntikan protein sel drh. Yuda itu bisa menyembuhkan diabetes, stroke, saraf, dll. Semacam stemcell, konon suntikan itu menyuburkan regenerasi/meremajaan sel² di tubuh dengan cepat. Jadi pengin suntik kesana. Kalau boleh suntik nya bukan di bokong. Tapi di bagian otong aja (bukan Otong Sutisna). Biar kembali punya spare part ala ABG. 'Keras bagai kentongan, tegak menjulang bagai tugu Pancoran.'

Leong putu

Om@Klowon... Kalau cuma ingin keras bagai kentongan dan tegak bagai tugu pancoran, coba Om Kliwon pergi jalan Tidar, beli Formalin satu liter aja. Rendam itunya 24 jam non stop. Nti lihat hasilnya. .. #selamat mencoba.

MZ.ARIFIN UMAR ZAIN.

Barangkali konflik antara IDI dg peneliti & praktisi unggul, karena ada rahasia peneliti? peneliti tak mau terbuka?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber:

Berita Terkait