Martir Minoritas

Martir Minoritas

Unjuk rasa di Capitol Hill, AS, 28 September 2022, mengecam kematian Mahza Amini setelah ditangkap aparat keamanan Iran karena tidak mengenakan jilbab.-Drew Angerer/Getty Images/AFP-

Mereka yang pintar masuk 5-10 universitas terbaik. setidaknya mereka mempunyai pemikiran di atas rata-rata dari mereka yang biasa-biasa saja. mereka terbiasa dididik untuk berdiskusi, mengimplementasikan secara langsung. mereka menyerap banyak ilmu. kebanyakan kenapa mereka tidak mau jadi guru di Indonesia karena masalah kesejahteraan guru yang tidak begitu di anggap. kata 'guru adalah pahlawan tanpa tanda jasa' itu sangat keliru. harusnya guru di kasih intensif habis-habisan. iya yg saya katakan di atas. bahwa siapapun bisa jadi guru, jadi generasi kita begitu-begitu saja. di ajarnya begitu-begitu saja.mereka dengan lulusan terbaik, akan banyak memberikan dampak inspiratif yg lebih besar. anda bisa melihat enggame di youtube. dengan perbincangan antara Gita Wirjawan dan wakil CEO ruang guru, juga dengan CEO Zenius dan yg lainnya. silahkan anda menonton dulu. :) oh ya. feodalisme masih mencengkram sistem pendidikan kita, padahal pintar dihasilkan dari ketajaman logika. ini tentu membungkam mereka generasi yang mempunyai potensi yg tinggi. Amerika filosofinya adalah kebebasan manusia. Prancis paradigma dari pendidikan dia adalah solidaritas-kesetaran manusia karena ia berbasis 'liberte, egalite, fraternite' kalau guru tidak berkualitas hampir pasti muridnya tidak berkualitas. yg harus jadi guru di Korea harus 5 persen teratas, di Singapura 3 persen teratas. lihatlah statistik generasi kita dan negara kedua itu. anda sudah tahu jawabannya.

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: