Siapa Membunuh Putri (11) - Tentang Inayah

Siapa Membunuh Putri (11) - Tentang Inayah

Ilustrasi malam pertama di kos baru.-Maulana Albar Naafi/Harian Disway-

”Dia saya suruh bawa anak istrinya tidur di rumah saya, Bang! Harusnya dia meliput… Mau marah gimana, Bang? Kita ada konfirmasi. Kalau fakta kita salah hari ini mereka bantah. Nyatanya tadi Ferdy SMS saya polisi membenarkan bahwa itu mayat Putri, istri AKBP Pintor yang hilang itu,” kataku.

”Aman ya? Yang penting itu, sudah ada disebut nama tersangka?” kata Bang Eel.

”Belum. Pembantunya yang ditemukan di hotel sama anaknya ditahan, tak jelas sebagai apa. Katanya sih saksi,” kataku. 

Tadi sempat juga berbincang dengan Mas Halim tentang penjualan koran-koran lain, koran baru Podium Kota pesaing itu dan koranku sebelumnya Metro Kriminal. Banyak retur, kata Mas Halim. ”Orang nggak nyangka ”Dinamika” bakal angkat headline itu, tahunya kan koran umum. Kalo gini terus tiap hari bisa cepet naik, bang oplahnya. Percayalah…,” katanya.

Saya agak tak nyaman dengan teman-teman di Metro Kriminal. Saya dulu memulai kerja sebagai jurnalis di koran itu. Bagaimana pun kami satu grup. Tapi secara profesional kami punya target masing-masing. Saya harus menyingkirkan perasaan tak nyaman itu. 

Sore itu, semua reporter sudah kembali, kecuali yang masih menyelesaikan wawancara atau yang mengambil foto. Kecuali Ferdy. 

Kemana Ferdy? Perasaanku tak nyaman. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan Edisi 13 September 2022: Petir Politik

Pryadi Satriana

Menurut saya - komentator Disway yg sesekali atau bbrp kali 'sok jadi pengamat' - itu adalah "balasan" atas didepaknya Suharso oleh 'pengakuan kilat dari Menkumham', bukan oleh Mardiono. Mardiono hanyalah "sepatu". Menkumham hanyalah "kaki". Yg "menggerakkan kaki" itu Anda sudah tahu. Suharso didepak bukan krn "amplop kiai". Itu sekadar alasan. Yg kebetulan "bisa diterima". Pas. Bisa dipakai "nendang." "Sepatu" & "kaki" jg sudah ada. Yg "ditendang" Suharso. Yg "sakit" bukan hanya Suharso. Pernyataan dari MK itu bukan suatu kebetulan. Pasti ada konteksnya. Bukan kebetulan juga muncul ndhak lama setelah Suharso didepak. Paling tidak, Suharso - yg menurut saya 'ndhak prelu kuciwa perkoncoannya gak direwes ambek Menkumham' - masih bisa menebar senyum khasnya. Paling tidak, Suharso diingatkan ini: "A friend in need is a friend indeed" (Teman yg ada saat dibutuhkan, itulah teman sejati). Ini dulu ya, komen berikut liat2 perkembangan. Saya kasih 'bocoran' dikit: onok "konco-kancane Pryadi" bilang, "Onok wacana Prabowo-Jokowi ." Saya timpali,"Ndhak, 'skenario'-nya tetep Prabowo-Puan, ini untuk membuka 'wacana' dihadapkan dengan Airlangga-Jokowi? Bagaimana menurut Anda? Salam. Rahayu.

alasroban

Kayak nya pernah viral. Pak bupati sudah menjabat 2 periode. Untuk melanggengkan kekuasaan periode selanjutnya yg bersaing menhadi calon bupati istri pertama vs istri ke dua. Jadi siapapun yg terpilih pak bupati tetaplah pak bupati.

Jo Neka

Gundala PUTRA petir..komik jaman pak Dahlan masih jadi wartawan muda nan energik.Apakah Gundala akan datang di 2024.Komentator CHDI yang harus memulai perubahan

Er Gham

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: