Siapa Membunuh Putri (7) - Kunci Kamar Kos
Ilustrasi malam pertama di kos baru.-Maulana Albar Naafi/Harian Disway-
Ibarat mau bercermin, harus siap2 dengan kondisi apapun wajah kita. Pak Suharso seperti menampilkan cermin untuk melihat wajah bangsa ini, kalau ada yang merasa direndahkan dengan kondisi yg ada berarti dia/ia ada rasa tinggi hati. Maka dari itu ada pernyataan rendahkanlah hatimu di hadapan Yang Maha Kuasa sehingga tidak ada lagi ruang untuk merendahkanmu.
Mirza Mirwan
Hanya meluruskan. Pak DI menulis yang mengundang untuk Mukernas adalah ASRUL SANI. Mungkin Pak DI hanya salah ketik, tetapi mungkin juga tidak memperhatikan nama politisi PPP kelahiran Pekalongan itu. Namanya yang benar adalah ARSUL SANI. Kalau ASRUL SANI (alm) itu sastrawan pelopor Angkatan 1945 bersama Chairil Anwar dan Rivai Afin, yang pada tahun 1962 bersama Usmar Ismail mendirikan LESBUMI (ornom NU) untuk mengimbangi LEKRA-nya PKI.
thamrindahlan
Wartawan bangkotan mengajukan perlop / Ingin jalan jalan ke Sumatera Barat / Jangan salahkan penemu amplop / Karena tujuannya untuk mengirim surat / Salam Jum'at Penuh Berkah
Arala Ziko
Pembaca Disway jangan tersulut emosi dulu, mungkin maksud Bapak Suharso ini, memberikan amplop bukanlah sebuah keharusan, melainkan keikhlasan. Namun, berdasarkan pengalaman yg dialaminya hal ini menjadi sebuah keharusan. Cara pandang dipengaruhi berbagai aspek termasuk pengalaman, maka lebih bijaklah dalam menilai org lain, ojo kesusu kalau kata RI 1
Roziq Kurniawan
Baru amplop saja sdh heboh ,, apalagi rekening ,,
ari widodo
Klau dicermati tulisan pak dahlan beberapa hari terakhir, menyinggung terkait dunia perbisan, kemarin tulisan tentang bus Kurnia (SAN), hari ini tentang bus restu, bus jurusan surabaya-madiun-ponorogo, yang nampaknya pak dahlan sering melihat bus ini bersliweran dijalan, baik saat disurabaya maupun saat mudik ke magetan, salam sehat selalu pak dahlan iskan dan keluarga serta seluruh pembaca & komentator disway
ari widodo
PPP seperti mengikuti jejak beberapa partai sebelumnya yang mengalami konflik internal yang berujung kepada perpecahan, dan bahkan mengulangi konflik internal PPP sebelumnya. Sistem dan struktur kepartaian di Indonesia suka tidak suka masih butuh figur sentral yang dijadikan pengayom atau pemersatu kader serta menjadi pengambil keputusan akhir kemana arah partai harus berjalan, bisa dibilang hal tersebut belum mencerminkan sistem kepartaian yang modern, dimana partai tidak bergantung dengan figur tetapi dibangun atas sistem yang disepkatai bersama, jadi mau siapa pimpinan atau pengurusnya partai tetap eksis dan berdiri tegak. Hal ini mungkin yang tidak kita temukan kepada PPP saat ini ataupun beberapa partai yang mengalami konflik internal dimana figur sentral tidak ada, sedangkan sistem partai juga tidak berjalan baik di internal. Solusinya memang agak rumit, kuncinya adalah mengesampingkan kepentingan kelompok serta ego individu diatas kepentingan partai, nampaknya dalam kasus PPP harus ada yang mau menjadi korban atau dikorbankan, klau tidak maka bisa terjadi "say goodbye" PPP saat pemilu 2024 nanti, sungguh amat disayangkan.
Rihlatul Ulfa
Masha Allah. Baru berhasil login hari ini. Mohon Abah orang ITnya rekrut yg paling pinter dan banyak pengalaman. Masa login aja susahnya nauzubilah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: