Jeritan Petani Langensari yang Merasa Dizalimi: Tolonglah, Tanpa Kami, Kalian Tidak Dapat Beras
NORMALISASI. Pekerjaaan nomalisasi irigasi di wilayah Dobo dekat dengan bedungan Sungai Citanduy terus dilaksanakan, Senin (5/9/2022). Irigasi tersebut kering dan berdampak terhadap ribuan hektare sawah petani.-Cecep Herdi/Radar Tasikmalaya-
BANJAR, RADARTASIK.COM – Sudiman, petani di RT 06 RW 06 Kelurahan Bojong Kecamatan Langensari mengaku dizalimi.
Padi miliknya yang tinggal beberapa minggu lagi panen harus menaggung risiko hasil tidak maksimal akibat kekeringan.
Kekeringan swahnya terjadi akibat aliran air dari irigasi ditutup lantaran ada pekerjaan normalisasi yang dilakukan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citanduy.
BACA JUGA:631 Orang yang Kena HIV di Ciamis, Didominasi Hubungan Sesama Jenis
“Saya percaya dan saya juga mendukung adanya perbaikan sarana irigasi untuk meningkatkan pertanian, tapi tidak begini caranya, mengorbankan sawah petani,” kata Sudiman, Senin (5/9/2022).
“Ini jelas kami merasa dizalimi oleh pihak BBWS Citanduy. Sawah kami kering, padahal sedang butuh-butuhnya air. Dengan kondisi saat ini, sawah saya akan kekurangan jumlah hasil panen, 50 persennya,” lanjutnya.
Tak hanya milik dia, milik petani di beberapa desa dan kelurahan di Kecamatan Langensari juga ikut terdampak.
BACA JUGA:Dianggap Mualaf Setelah Bertemu Ustaz Abdul Somad, Ini Tanggapan Daniel Mananta…
Bahkan ada sawah ratusan hektare yang masa tanam padinya baru 30 sampai 40 hari sudah dipastikan akan mati karena kondisi air masih tidak dialirkan.
“Ini parah sekali. Sawah yang padinya baru tanam sudah pasti mati ini. Tidak berguna lagi. Ini sangat zalim sekali mengorbankan para petani dan ribuan masyarakat yang menanti hasil dari sawah-sawah ini,” sesalnya.
Total, kata dia, ada sekitar 1.300 hektare sawah di tiga wilayah di Langensari yang terdampak pengeringan aliran air irigasi. Di antaranya di Desa Rejasari, Kujangsari, dan Kelurahan Bojongkantong.
“Saat ini petani kebingungan. Bahkan ada informasi bahwa pengeringan akan dilakukan sampai bulan November. Ini keterlaluan, ini sama saja membunuh padi para petani, mengorbankan kami,” tutunya.
“Tolong lah, tanpa kami, kalian (pejabat) tidak bisa mendapat beras. Beras itu makanan pokok. Jangan korbankan kami, kami hanya menuntut air untuk sawah kami,” tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: