Dampak Ekonomi BRI Liga 1 2022-2023 Diprediksi Lebih Besar Dibandingkan Sebelum Pandemi

Dampak Ekonomi BRI Liga 1 2022-2023 Diprediksi Lebih Besar Dibandingkan Sebelum Pandemi

Dampak ekonomi BRI Liga 1 2022-2023 diprediksi lebih besar dibandingkan sebelum pandemi.-BRI-

BACA JUGA: PLN Lakukan Uprating IBT di Gardu Induk Tasikmalaya

Salah satu alasannya adalah karena BRI ingin terus menghidupkan mata rantai ekonomi kerakyatan melalui industri sepak bola nasional.

Catur menjelaskan bahwa perhelatan BRI Liga 1 musim 2022-2023 berbeda apabila dibandingkan dengan musim lalu.

”Saat ini alhamdulillah pandemi sudah lebih terkendali sehingga aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat sudah mulai kembali pulih, sehingga saat ini pertandingan sudah dapat dihadiri langsung oleh supporter secara bertahap sebanyak 75% dari kapasitas stadion,” tambahnya.

”Oleh karenanya, kami optimis BRI Liga 1 musim ini akan mampu memberikan kontribusi yang lebih besar terhadap perekonomian dan akan memberi multiplier effect yang lebih besar kepada UMKM di industri turunannya, seperti pelaku usaha jersey, merchandise, transportasi, hingga usaha rumah makan/kuliner, dsb," ungkap Catur.

Nilai Ekonomi

Revindo pun menggambarkan secara rinci efek ganda prospek ekonomi Liga 1 dengan berkaca pada data musim kompetisi 2018-2019 di mana pandemi belum melanda.

Pada 2019 perputaran uang langsung dalam kompetisi Liga 1 diperkirakan mencapi Rp1,35 triliun.

Rinciannya, pada tahun tersebut pengeluaran untuk tiket penonton mencapai Rp171, 82 miliar dengan menarik sekitar 2,86 juta penonton.

Pengeluaran penonton untuk transportasi diperkirakan mencapai Rp85,91 miliar, dengan pengeluaran untuk makan minum di angka yang sama.

BACA JUGA: Mahfud MD Sebut Persoalan Psikologis Hirarkis dan Politis Membuat Pengungkapan Kasus Tewasnya Brigadir J Lama

Sedangkan pengeluaran untuk marchandise dari penggemar mencapai Rp300 miliar. Sementara iklan untuk kompetisi musim tersebut senilai Rp180 miliar, iklan televisi Rp354 miliar dan sponsor klub Rp180 miliar.

Dia pun menjelaskan dari sisi ekonomi, produk akhir dari industri olah raga sepak bola ada dua, yaitu acara tontonan di stadion dan acara siaran pertandingan di televisi.

Untuk produk akhir berupa hiburan tontonan stadion, perputaran uangnya ada di industri sewa stadion, pembelian tiket, transportasi, dan biaya makan minum penonton, serta kostum dan pernak-pernik (marchandise). 

”Pada masa sebelum pandemi, untuk nilai ekonomi tontonan stadion diperkirakan total nilai ekonominya sekitar Rp644 miliar satu musim kompetisi untuk liga teratas saja. Belum termasuk liga level yang lebih rendah,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: