Garut Darurat Perceraian, Kini Tertinggi Kedua di Jabar, Level Pengadilan Agama Ikut Naik
”Jadi masih ada banyak yang belum terbina pendidikan pranikah. Ini yang jadi tugas kita bersama,” katanya.
BACA JUGA: Waspada! Kasus DBD di Kabupaten Tasik Meningkat, di Kota Tasik Kasusnya Jauh Lebih Banyak Lagi
Selain pendidikan pranikah yang bisa digarap bersama dengan pemerintah daerah, menurut dia, lembaga pendidikan pondok pesantren juga bisa mengambil peran mendidik pasangan calon pengantin.
”Pesantren bisa saja membuat pesantren pranikah. Yang mau nikah, pesantren dulu. Mereka belajar pergaulan yang baik bagaimana menurut Agama Islam,” katanya.
Soal penyebab perceraian, Cece melihat banyak faktor. Mulai dari faktor ekonomi hingga kesiapan mental dan spiritual pasangan.
BACA JUGA: Kapolda Metro Jaya Peluk Irjen Ferdy Sambo: Saya Memberikan Support pada Adik Saya, Sambo agar Tegar
Namun, Cece secara tegas membantah penyebabnya karena pernikahan dini.
”Bukan soal pernikahan dini, sekarang jarang ada. Tapi kesiapan mental spiritual dan kesiapan ekonomi rumah tangga, makanya perlu pendidikan pranikah,” katanya.
Ditemui terpisah, Bupati Garut Rudy Gunawan mengakui telah menerima laporan soal tingginya angka perceraian di Garut.
BACA JUGA: Polisi di Kota Tasikmalaya Belum Melarang Aktivitas Sepeda Listrik di Jalan Raya, Ini Alasannya
Dirinya mengaku prihatin akan hal tersebut. ”Saya prihatin dengan tingginya angka perceraian,” kata bupati.
Penyebab perceraian bervariasi tapi yang paling besar adalah ketidakcocokan. Ketidakcocokan juga bisa disebabkan ekonomi hingga kehadiran orang ketiga dalam rumah tangga.
Kehadiran orang ketiga menimbulkan ketidakcocokan dalam rumah tangga yang berujung cekcok hingga perceraian.
BACA JUGA: Presiden Italia Tolak Pengunduran Diri PM Draghi
”Kita telah mengambil langkah-langkah konkret, ada program Stop Kabur dan lainnya,” paparnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: