Guru Besar Fikom Unpad Prof Deddy Mulyana tak Menyangka Buku Kumpulan Cerpennya Laris Dipesan
Menurut penerbit, kata Prof Deddy, sore (Kamis 6 Juli 2022) tadi stok cetakan ke-II ini sudah habis.
“Jadi buku saya harus segera dicetak ulang lagi. Stok baru akan tersedia dalam waktu 7-10 hari. Saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada sahabat dan sejawat yang kehabisan buku ini. Pemesanan tetap bisa dilakukan via penerbit melalui WA 08112202496. Namun buku baru akan tersedia 7 - 10 hari lagi,” ungkap Prof Deddy.
BACA JUGA:Kapolri Ajak Jadi Polisi yang Lebih Baik Lewat Buku Karya Purnawirawan
Sebuah “Pelanggaran” Manis
Laris manisnya buku ini, menurut Prof Deddy, mungkin karena, menurut Ave Rosa A. Djalil, yang wartawan dan dosen Universitas Mercu Buana Jakarta, dirinya (sebagai akademisi) melakukan sebuah ‘pelanggaran yang manis’.
“Sekali lagi, terima kasih kepada para peminat buku saya yang ‘out of the box ini, khususnya kepada Pak Aqua dan Pak Ventje,” ucapnya.
Menurut Prof Deddy, buku kumpulan cerita pendek ‘Pada Suatu Musim Semi’ bukanlah penerbitan yang ujug-ujug atau tiba-tiba saja ada.
“Agaknya tak banyak orang tahu bahwa jauh sebelum saya menjadi akademisi, saya telah menulis puluhan cerpen. Dalam kurun waktu 1974 - 1993, sekitar 80 cerpen saya dimuat di lebih dari 20 media cetak (surat kabar dan majalah). Satu cerpen dalam bahasa Inggris, dan beberapa cerpen lainnya merupakan terjemahan,” jelas Prof Deddy.
Ia mengatakan tema-tema karya cerpen sebagian besar terinspirasi dari kehidupan nyata yang dijalaninya selama menempu studi magister dan doktoral di mancanegara. Kejadian inspiratif itu terutama menyangkut banyaknya orang Barat yang memeluk Islam.
“Saat saya studi Doktor di Monash University, Melbourne, Australia (1991-1995), saya bahkan sempat mensyahadatkan seorang perempuan Australia keturunan Italia di apartemen tempat saya dan keluarga saya tinggal. Dalam buku ini hanya satu cerpen yang merupakan pengalaman nyata saya, yakni ‘Drama Kampung Dhuafa’,” katanya menjelaskan.
Sejumlah buku Prof Deddy, termasuk Islam di Amerika: Suka Duka Menegakkan Agama (1988), Islam dan Orang Indonesia di Australia (2000), Santri-Santri Bule: Kesaksian Muslim Amerika, Eropa dan Australia (2003), dan Islam Itu Indah: Renungan dan Pengembaraan Rohani Guru Besar Komunikasi (2006), diakuinya, kental dengan renungan, refleksi pengalaman dan pengamatannya atas perkembangan Islam di Barat.
BACA JUGA:Kemenag Luncurkan Buku Tuntunan Ibadah Haji dan Umrah Saat Pandemi
“Selama masa studi saya di Amerika, sesudahnya, dan hingga saya selesai studi saya di Australia dan pulang ke Tanah Air, saya bahkan sempat berkorespondensi dengan beberapa Muslim dan Muslimah Barat yang memeluk Islam itu. Dua di antaranya adalah Karima Omar Kamouneh yang pengalaman dan pemikirannya saya terjemahkan dalam buku Perjalanan Menuju Islam: Perjalanan Rohani Seorang Muslimah Amerika (1990), dan Shifa Mustapha yang pengalaman dan pemikirannya saya terjemahkan dalam buku A Journey to Islam: Pengembaraan Spiritual Seorang Muslimah Australia (2004). Kedua buku tersebut tentu saya beri kata pengantar,” katanya menguraikan.
Sebagai hasil dari penyaluran hobi, kata Prof Deddy, tidak pada tempatnya jika publik membandingkan cerpen-cerpen dalam buku ini dengan karya sejenis yang ditulis orang lain sebagai karya sastra, atau dengan fiksi serupa yang dihasilkan penulis profesional, karena perbandingannya tidak apple to apple. “Namun demikian, saya berharap Anda memperoleh setetes pencerahan. Bahkan jika Anda merasa mendapatkan sedikit hiburan yang sehat dari buku ini, itu memadai bagi saya,” pungkas Prof Deddy. (*)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: