Sembako Naik, Pedagang Tak Diuntungkan, Permintaan Meningkat, Produksi Menurun
RADARTASIK, TASIKMALAYA - Kenaikan bahan pokok ternyata tidak menguntungkan bagi para pedagang justru keuntunganya sedikit, seperti dirasakan oleh pedagang di Pasar Indihiang Kota Tasikmalaya.
Pengakuan Enur (32) pedagang sembako di Pasar Indihiang mengatakan bahwa saat sembako murah, pendapatan akan lebih besar dibanding harga naik.
”Saya lebih baik naik minyak saja daripada komoditas lain seperti cengek (cabai), tomat, mentimun, kol, terigu, bawang merah dan tepung tapioka yang naik,” paparnya.
Secara rincian, kata Enur, kalau minyak goreng kemasan atau curah sebulan ke belakang harganya Rp 24 ribu satu liter. Namun untuk hari ini harganya berubah jadi Rp 22 ribu per liter, untuk minyak curah dari Rp 21 ribu per liter sekarang sampai Rp16 ribu per liternya.
”Saya tidak masalah kalau minyak naik dan itu pasti banyak yang beli dan jarang yang mengurangi pembelian, kalau sayuran atau bumbu justru banyak dikurangi pembelian kalau mahal,” paparnya.
Kata Enur, harga cabai sebulan ke belakang Rp 40 ribu, sekarang lebih dari Rp 80 ribu per kg. Untuk harga tomat awalnya Rp 6 ribu sekarang Rp 15 ribu per kg. Untuk mentimun awalnya Rp 5 ribu sekarang Rp 8 ribu per kg, kol Rp 5 ribu sekarang jadi Rp 12 ribu, bawang merah harganya asalnya Rp 32 ribu sekarang Rp 60 ribu per kg. Untuk terigu Rp 7.500 kini mencapai Rp 10 ribu per kg, begitu juga tepung tapioka yang awalnya Rp 9 ribu sekarang Rp 19 ribu.
BACA JUGA: Jaringan Peretail Supermarket Terus Ekspansi
”Naik harga itu justru merugikan pedagang jadi banyak pembeli yang mengurangi pembelian dari asalnya beli kiloan jadi setengah kilo. Untungnya buat saya tipis, kalau pada murah untungnya lumayan banyak,” paparnya.
Enur mengatakan, kenaikan harga sembako ini kemungkinan karena faktor cuaca. ”Saya juga tidak habis pikir kenapa dari tingkatan petani (harga, Red) pada naik,” paparnya.
Kabid Ketahanan Pangan DKP3 Dinas Ketahanan Pangan, Peternakan dan Perikanan Kota Tasikmalaya Ir Hj Enung Nurteti M MP menyampaikan, untuk persoalan minyak goreng itu harga pusat global.
“Fokus kita ke cabai merah, cabai rawit dan sayuran,” paparnya.
Kata Enung, untuk cabai merah, cabai rawit itu sekarang musim hujan karena produksi menurun. Kalau permintaan justru naik, karena sekarang banyak yang hajatan, nikahan dan banyak yang syukuran naik haji dan kenaikan kelas.
“Karena setelah pandemi sekarang ini berbagai acara dibolehkan oleh pemerintah sehingga kebutuhan meningkat, ditambah dengan banyaknya jualan kuliner, warung dan restoran pada buka,” paparnya.
Pada intinya permintaan meningkat, produksi menurun karena faktor cuaca. Namun untuk permintaan di Kota Tasikmalaya terpenuhi meskipun harganya tinggi, namun stoknya masih terbatas karena kios belanjanya itu tidak sebanyak lagi murah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: